Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya
Beberapa hari ini sejak tanggal 11 November 2023 sampai dengan hari ini, tanggal 15 November 2023, saya melakukan kegiatan penguatan relawan di beberapa daerah di Jawa Timur.
Geliat perubahan menjadi sebuah keniscayaan, betapa tidak di beberapa tempat perbincangan tentang calon presiden dan wakil presiden menjadi tema yang banyak dibicarakan, apalagi setelah penentuan nomor urut capres dan cawapres.
Kini sudah nyata nomor urut para pasangan calon, pasangan Anies – Muhaimin Iskandar ( AMIN) mendapatkan nomor urut 1, pasangan Prabowo – Gibran mendapat nomor urut 2 dan pasangan Ganjar – Mahfud mendapat nomor 3.
Mencermati konstelasi dan visi misi para capres dan cawapres, nampaknya bisa dilihat sebagai jalan perubahan dan jalan keberlanjutan. Pasangan AMIN membawa pesan perubahan sedang kedua pasangan lain lebih banyak membawa pesan keberlanjutan. Namun sayangnya pesan keberlanjutan itu kini juga goyah seiring dinamika yang terjadi antara PDIP dan keluarga Jokowi.
Lalu apa itu yang dimaksud dengan perubahan? Pasangan AMIN dalam banyak kesempatan menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan perubahan adalah mengoreksi hal – hal yang salah dimasa lalu dan menggantinya dengan hal hal yang baru dan tepat serta melanjutkan yang baik dengan memberi nilai tambah. Anies memberi contoh dalam rekam jejaknya di Jakarta, Kartu Jakarta Sehat menjadi Kartu Jakarta Sehat Plus, ada nilai tambah yang diberikan terhadap sesuatu yang dianggap baik, kegaduhan masyarakat akibat suku agama dan ras, diganti dengan suasana damai, toleransi dan saling menghargai, sehingga di Jakarta, Anies memberi bantuan operasional tempat ibadah ( BOTI), reklamasi pantai Jakarta yang mengganggu mata pencaharian nelayan, dihentikan dan diganti hal hal baru yang tidak merugikan kedua belah pihak, yang sudah berjalan dibiarkan dan diarahkan, yang belum berjalan dihentikan dengan pertimbangan demi kepentingan terbaik masyarakat nelayan.








