Anies Baswedan dan “Kursi Tiga Kaki”

oleh -190 views

Oleh: Reza Indragiri Amriel, Alumnus Psikologi Universitas Gadjah Mada

“Coba bikin kursi kakinya tiga. Coba bikin. Nggak ada itu.”

Mari berteori sebentar.

Tidak ada satu pun perilaku yang tak bermotif. Semua pasti ada motifnya. Tinggal lagi, kata Sigmund Freud, apakah motif itu disadari atau tidak disadari oleh si empunya perilaku.

Ambil ilustrasi perkataan Anies Baswedan (ABW) di ajang Pertemuan Anies dan alumni ITB bertajuk ‘Ngariung 1.000 Alumni ITB’ pada 1 Oktober lalu.

Di atas podium, sebetulnya amat banyak contoh yang bisa ABW pakai untuk menggambarkan secara konkret betapa pentingnya ilmu (teori) dalam pembuatan kebijakan. Tapi, “anehnya”, kenapa contoh yang ABW sebut justru tentang bikin kursi dengan tiga kaki, setelah ia mendeskripsikan betapa buruknya orang yang anti teori (anti ilmu) saat bekerja.

Baca Juga  Peringatan Hakordia 2024, Pelindo Regional 4 Teguhkan Komitmen Berantas Korupsi

Kalau ditafsirkan dengan kacamata Psikoanalisa, sah sudah; contoh itu tidak cukup dipandang sebagai pemikiran yang–tak ada angin tak ada hujan–berkelebat spontan di dalam kepala ABW.

Kaum pengikut Mazhab Psikoanalisa tidak akan percaya, apalagi puas, dengan penjelasan sedangkal itu. Tidak akan!

Merujuk Psikoanalisa, penggambaran ABW tentang kursi tiga kaki pasti contoh yang datang dari endapan bawah sadar jiwanya. Memang sederhana sekali contoh yang ABW angkat. Tapi karena berurat akar di alam bawah sadar, dan alam bawah sadar sekian kali lipat lebih luas daripada alam sadar, maka contoh yang ABW angkat itu sangat dalam maknanya.

No More Posts Available.

No more pages to load.