Oleh: Mahattama Banteng Sukarno, Budayawan
DEMOKRASI sebagai pilar utama keterlibatan rakyat dalam pengambilan keputusan kini menghadapi tantangan serius di Indonesia.
Menjelang akhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, demokrasi Indonesia mengalami proses reduksi yang dikenal sebagai banalitas, di mana proses demokrasi yang seharusnya mendalam dan berarti menjadi sekadar ritual formalitas tanpa substansi.
Banalitas mengancam esensi nilai-nilai demokrasi dan keberlangsungan institusi-institusi demokratis di Indonesia.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi fenomena banalitas demokrasi di Indonesia, memeriksa akar dan perkembangannya, serta mengusulkan solusi konkret untuk memulihkan dan memperkuat demokrasi di masa depan.
Akar Banalitas Demokrasi di Indonesia
Banalitas demokrasi terjadi ketika nilai-nilai inti demokrasi kehilangan kekuatan transformatifnya dan menjadi prosedur yang dilakukan tanpa makna.
Fenomena ini tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan berkembang melalui proses panjang dalam sejarah politik Indonesia.
Sejak era Orde Baru, sentralisasi kekuasaan mengubah politik menjadi alat untuk melanggengkan kekuasaan elite.
Meskipun Reformasi 1998 membawa harapan baru dengan keterbukaan politik, praktik korupsi, oligarki politik, dan politik identitas secara perlahan mengikis harapan tersebut.