Cara Kolaborasi Kelompok Tani Kelurahan Cobodoe Buat Gerakan Menanam Chaisin

oleh -99 views

Porostimur.com, Tidore – Gabungan kelompok tani di Kelurahan Cobodoe, Kecamatan Tidore Timur, Kota Tidore Kepulauan, melakukan kolaborasi membuat gerakan menanam sayur melalui penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dengan teknik budidaya tanaman sayur Chaisin.

Penanaman sayur Chaisin yang di dalamnya terdapat delapan kelompok tani yaitu, kelompok Tani Totoru Ua, kelompok Tani Kao Madiyahi, kelompok Karihoda, kelompok Tani Timur Cobodoe, kelompok Pemuda Tani, kelompok Tani Mabirahi, kelompok Wanita Tani Galiho Cobodoe, dan kelompok Wanita Tani Hate Jati.

Kepada porostimur.com, Plt. Lurah Cobodoe Nuraini Husen mengungkapkan, penanaman sayur Chaisin itu dilakukan sejak pendemi Covid-19 dari tahun 2021, 2022, hingga 2023.

“Kalau tahun ini, ketua kelompok wanita tani kami telah memanen sayur Chaisin di bulan Februari sekitar 100 kilo lebih sebelum lomba PKK. Sementara dalam penjualannya ada yang berfariasi, tapi tergantung kualitasnya,” papar Nuraini, Rabu (19/7/2023).

Nurani bilang, sayur Chaisin yang ditanam oleh kelompok tani ini, pada beberapa hari lalu telah panen, dan langsung dibeli oleh PT. IWIP untuk kebutuhan konsumsi.

Dari hasil pengelolaan tanaman sayur Chaisin di Kelurahan Cobodoe itu, telah diperjualkan ke pasar Sarimalaha, ke Kota Ternate, maupun dipasok ke Jatiland Mall.

Hal itu dikarenakan dengan keterbukaan pasar bebas saat ini, petani seharusnya mampu memanfaatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada secara efisien dan efektif, sehingga peningkatan produksi dapat dibuktikan secara nyata di lapangan.

Pemerintah kelurahan yang bergerak dibidang pertanian, Nuraini, tentunya berupaya secara maksimal untuk mencari penerimaan teknologi baru yang dapat digunakan dalam meningkatkan dan mempertahankan hasil atau produksi para pelaku usaha maupun pelaku utama yakni, kelompok tani.

“Memang kami sadari, di Desa dan Kelurahan mengalami kekurangan tenaga kerja yang terdidik dan terampil, tapi sikap mental yang dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya menjadi kekuatan untuk terus bergerak dengan kemampuan maupun disiplin keilmuan yang ada,” jelasnya.

Kaum tani yang mendiami daerah pedesaan, merupakan suatu masyarakat yang senantiasa diperhadapkan pada realita-realita social, budaya dalam suatu daerah. Sejalan dengan itu, kelompok tani masih memiliki kompotensi rendah dalam menerima inovasi teknologi dalam pertanian.

Menurut dia, persoalan tersebut pihak Kelurahan mengambil langkah dan memanfaatkan kegiatan pemberdyaan dalam bentuk Pelatihan Tehnis untuk para kelompok tani agar dapat menumbuhkan kegairahan masyarakat.

“Misalnya kelompok tani , Koperasi unit Desa dan lain-lain, dengan harapan agar nantinya kelompok – kelompok ini dijadikan sebagai terminal informasi, serta sebagai wadah pendidikan non formal,” tuturnya.

Baca Juga  Tuntut Pembayaran Hutang, Besok Warga Olilit Gelar Aksi Palang Jalan di Saumlaki

Nuraini menambahkan, dalam usaha Budidaya Tanaman Chaisin perlu adanya berbagai pendekatan teknologi agar dapat meningkatkan hasil produksi dan produktifitas tanaman chaisin dengan menggunakan Teknologi Pengelolaan Tanmaan Terpadu (PTT).

Untuk pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) salah satu pengembangan dari konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang sudah lebih dulu dikembangkan. Pendekatan PTT memfokuskan pada tanaman dan pengelolaan kesehatan tanaman, yang merupakan suatu sistem budidaya tanaman dan pengendalian hama penyakit yang terintegrasi.

Demi mencapai hasil dan mutu panen yang optimal, keuntungan yang maksimal serta terjaminnya keseimbangan agroekosistem berkelanjutan, maka usaha Budidaya Tanaman Chaisin tidak berhenti paska panen.

“Jadi memperkecil serangan OPT pada tanaman Chaisin, petani dapat menerapkan perlindungan tanaman hirtikultura, yang merupakan bagian integral dari sitem produksi dan pemasaran hasil pertanian agar potensi produksi menjadi mantap, baik kualitas maupun kuantitas menguntungkan petani, mejamin kesehatan manusia dan dapat mempertahankan kelestarian lingkugan hidup,” ungkap Nuraini.

Pada sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) menjadi acuan dalam upaya mengatasi serangan OPT, yang secara ekonomi, ekologi, dan sosial dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu penghambat dalam penerapan PHT pada tanaman Chaisin adalah sumber daya manusia yang tersedia, dimana petani masih banyak belum mengusai pengetahuan bioekologi dan tehnik pengendalian OPT tanaman Chaisin.

Dalam pengembangan komoditas pertanian di Kelurahan Cobodoe seperti budidaya tanaman sayuran Chaisn yang telah dilaksanakan selama ini, sangat baik dan mudah pemeliharaannya. Tujuanya, merubah cara berfikir petani yang tau menjadi tau agar mereka mampu mengorganisasikan diri sendiri dalam menghakses informasi teknologi pertanian dalam usaha budidaya tanaman sayuran Chaisin dengan pendekatan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu.

“Ada beberapa tahapan dalam kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani di Kelurahan Cobodoe dalam membudidayakan tanaman Chaisin dengan mengikuti berbagai pilihan yaitu, pemilihan benih unggul, pesemaian benih, pengolahan tanah, pembuatan bedengan dan pembuatan lubang tanaman. Kemudian dilanjutkan dengan penanaman, pembersihan dan pemumbunan, pemupukan system Cor, pengendalian hama dan penyakit, panen, paska panen, dan pemasaran hasil panen,” tambahnya.

Berdasarkan data dari Kelurahan Cobodoe, lahan usaha kelompok tani dalam usaha budidaya tanaman Chaisin dengan pemnafaatan pekarangan rumah dengan raa-rata luas lahan per orang sekita 0,01-0,02 hektar.

“Terkait dengan hasil produksi bagi kelompok tani Chaisin, setiap bula rata-rata memperoleh sekita 500-750 kg,” ujarnya.

Tidanya hanya itu, ada cara dan teknik budidaya tanaman Chaisin atau Sawi (Brassica Sinensis) di kelompok tani di Kelurahan Cobodoe yaitu, setiap daun sayuran memilik tumbuh di daerah panas maupun sejuk. Tanaman ini, bisa tumbuh baik pada ketinggian hingga ketinggian 1200 meter dpl.

Baca Juga  Ketua Bawaslu Kota Tual Pimpin Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila

“Untuk hasil terbaik untuk budidaya Chaisin adalah berada di dataran tinggi. Namun kebanyakan petani melakukan budidaya caisim pada ketinggian 100-500 meter dpl,” tukasnya.

Sementara sayuran ini, kaya akan kandungan pro vitamin A dan asam askrobat (vitamin C). Daun dari sayuran tersebut seringkali digunakan sebagai campuran pada berbagai jenis masakan ataupun jajanan seperti, untuk campuran mie bakso, nasi goreng.

“Ada cara menanam sayur Chaisin yaitu, menyiapkan lahan untuk penanaman bibit dicangkul dan dibersihkan terlebih dahulu dari gulma atau sampah lain yang berpotensi menghambat pertumbuhan caisim. Tanah digemburkan dengan cara dicangkul sedalam 30 cm dan dibuat bedengan,” cerita Nuraini.

Pengolahan lahan untuk penanaman, Nuraini mengatakan, sebaiknya dilakukan 3-4 minggu sebelum penanaman bibit caisim. Bila tanah memiliki pH rendah, tambahkan kapur Dolomit atau Kalsit. Perbandingannya dari 1-1,5 ton/hektar dengan cara dicampur rata dengan tanah pada 2-4 minggu sebelum penanaman bibit. Setelah itu, dibuat bedengan yang lebarnya 100-120 cm dan ketinggian 30 cm dan panjang sesuai dengan keadaan lahan.

“Jadi di setiap bedengan, bibit Chaisin ditanam membaris dengan jarak antar tanaman sekitar 10-15 cm, lalu campurkan pupuk dasar diatas bedengan, aduk hingga merata. Pemberian pupuk sebanyak 20 ton per hektar, dan pupuknya bisa dari kotoran ayam atau kompos yang sudah matang, kemudian biarkan lahan selama 2-3 hari,” beber Nuraini.

Bahkan sampai pada pembibitan atau penyemaian, benih Chaisin yang ditanam pada bedengan diberi naungan plastik (paranet) tanpa pindah tanam. Sebelum disemai, benih dapat direndam terlebih dulu selama dua jam dalam air hangat, obat perangsang tumbuh atonik, dan obat fungisida anti jamur dan cendawan.

Setelah direndam, benih Chaisin ditabur dalam alur-alur dengan jarak tanam sekitar 5 x 5 cm. Satu titik tanam diisi 1 butir benih. Tutup benih dengan tanah tipis, lalu siram dan tutup permukaan bedengan dengan karung basah. Berapa lama proses penyemaian benih Chaisin ini, umumnya berlangsung selama 2-3 atau 3-5 hari. Dalam kurun waktu tersebut, benih Chaisin mulai berkecambah dan karung penutup bisa diangkat. Benih ini, dapat disemai langsung dari plastik aqua gelas yang sudah diisi tanah.

Baca Juga  Pengakuan Mengejutkan Aktris yang Diminta Tidur dengan Leonardo DiCaprio Demi Kariernya

“Pada tahapan panaman, bibit Chaisin yang berumur 2-3 minggu setelah disemai sudah siap untuk dipindahkan ke media tanam. Tanamlah bibit tersebut dengan jarak 20 x 20 cm. Dan pemupukan akan diberikan saat Chaisin berumur seminggu. Biasanya pupuk yang digunakan bisa berupa pupuk Urea atau ZA yang dicampur KCl dengan perbandingan 2:1, maupun pupuk NPK Phonska dengan tekaran 5 gr/phn,” paparnya.

Berkaitan dengan pemupukkan, ada beberapa tehnik pemupukkan tanaman chaisin yaitu, pemupukkan system Cor, pemupukkan sistem Tugal, dan pemupukkan dengan cara disemprot menggunakan pupuk cair Grentonik, dimana pupuk itu dicampur air yang dosisnya 5 gram/pohon.

Kemudian dilanjutkan dengan pemiliharaan tanaman Chaisin dilakukan secara kontinu dan teliti, mulia dari 1-2 kali sehari setiap pagi dan sore hari. Chaisin yang berumur seminggu akan diseleksi dengan mencabut tunas-tunas yang tumbuh kurang baik. Seleksi itu, dilakukan kembali saat Chaisin berumur 10 hari dengan menyisakan satu tanaman yang tumbuh paling bagus.

“Tanaman ini butuh pembersihan gulma agar tidak terjadi perebutan nutrisi atau hara dalam tanah. Setelah lakukan penggemburan tanah dan pemumbunan akan mempermudah sirkulasi udara serta proses penyerapan unsur hara pada akar tanaman agar dapat diserap dengan baik,” aku Nuraini.

Selama mengikuti proses dalam pengelolaan tanaman Chaisin, pentingnya kelompok tani memperhatikan pengendalian hama dan penyakit. Dan biasanya ditemukan adalah hama kutu dan hama ulat dengan cara memilih pengendalian yaitu, pemilihan benih unggul, pengaturan pola tanaman, maupun pengendalian dengan menggunakan obat Insektisida Desis 25 WP, serta Dangker.

Tahapan telah dilalui ini, sayur Chaisin berhasil dipanen setelah 20-25 hari, sejak benih itu dipindahkan dari lahan penyemaian atau sekitar 40-60 hari, jika dihitung dari tahap awal. Cara panennya adalah mencabut seluruh tanaman bersama akarnya atau memotong pangkal batang dengan pisau tajam. Setelah dipanen, Chaisin sebaiknya segera dicuci bersih, lalu tiriskan dan dibungkus menggunakan plastik atau kertas koran.

“Sayur Chaisin hanya bisa bertahan 1-2 hari, apabila disimpan di suhu ruangan. Kalaupun disimpan dalam kulkas, maka bertahan hingga 1 Minggu saja,” tutupnya.

Dengan harapan inovasi yang dilakukan oleh kelompok tani di Kelurahan Cobodoe ini, terus dipertahankan sebagai bentuk meningkatkan kreatifitas petani wanita, maupun pemuda dalam menjaga keberlangsung pembangunan di Kota Tidore Kepulauan. (Mansyur Armain)

Simak berita dan artikel porostimur.com lainnya di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.