Nabi Muhammad SAW menghadapi berbagai tantangan saat hijrah dan memimpin Kota Madinah yang kala itu bernama Yatsrib. Kota itu dilanda krisis ekonomi dan sosial parah.
Krisis ekonomi di Madinah disebabkan karena perang, monopoli dagang dan praktik riba yang dilakukan kaum Yahudi, serta migrasi. Peristiwa di Madinah setelah hijrah menyebabkan gejolak keseimbangan perekonomian, sumber daya yang ada menjadi langka dan produksi melemah. Blokade kaum Quraisy terhadap kaum Muhajirin menyebabkan pengangguran besar-besaran.
Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin di Madinah menerapkan sejumlah strategi untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi pada 620-an Masehi itu.
Menurut penelitian berjudul Economic and Social Crisis Management Strategies by Prophet Muhammad (PBUH) in Medina yang dilakukan profesor di Al-Farabi University College, Usama Abdulmajed Alani (2022), kunci utama Nabi SAW memerangi kemiskinan dan memburuknya perekonomian adalah memberdayakan para pengangguran dengan memberinya lapangan kerja.
Sektor pertanian, yang menjadi pekerjaan penduduk lokal Madinah, dinilai kurang cocok bagi kaum Muhajirin karena mereka tak terbiasa dengan itu sehingga butuh keterampilan untuk bisa mengelolanya. Nabi SAW lalu mencari pasar sebagai lokasi dagang kaum Muhajirin.