Lalu bagaimana dengan peserta terakhir, Ganjar Pranowo? Harus saya katakan bahwa Ganjar tenggelam diantara Anies dan Prabowo. Ia benar-benar tidak dianggap. Dalam pertarungan segitiga, hal yang paling menyesakkan adalah kalau kita tidak dianggap,
Ganjar terlihat terlalu berhati-hati. Dia tidak berani menyerang Jokowi. Tidak mengambil kontras yang jelas antara dirinya dengan rejim Jokowi yang sekarang bertiwikrama ke dalam Prabowo-Gibran.
Dalam politik tidak ada jalan tengah. Anda harus menarik kontras. Ganjar rupanya takut (atau ditakut-takuti?) bahwa pendukungnya sebagian besar adalah pendukung Jokowi. Jadilah ia terlihat seperti politisi yang wishy-washy, imbas imbis, tanpa pijakan yang jelas.
Kalau kampanyenya membiarkan ini terjadi, saya kira, Anies akan berada dalam posisi kedua dalam satu dua minggu ke depan. Inilah posisi dimana Ganjar berada saat ini.
Dalam pertarungan segitiga macam ini, paling sulit adalah ketika Anda tidak punya posisi. Kalau GP ingin berebut posisi dengan Prabowo sebagai ‘pewaris Jokowi,’ maka kampanyenya saya kira hanya akan menghitung hari. Kalau ia (dan juga partainya) tidak mampu menarik garis tegas dengan Prabowo-Jokowi, maka yang terjadi adalah kondisi seperti saat ini: demoralisasi besar-besaran dari atas ke bawah.