Demokrasi Angan-angan

oleh -62 views

Oleh: Ahmad Baidhowi AR, Ketua DPP Partai NasDem

Ada pertanyaan menarik yang diajukan oleh M. Steven Fish dan Robin S. Brooks dalam Journal of Democracy Volume 15, Number 1 January 2004, yaitu “Does Diversity Hurt Democracy?”

Riset kecil dan cukup lama ini menarik untuk direnungkan pada akhir tahun politik 2023, karena salah satu hipotesisnya menyebutkan bahwa demokrasi bisa berkembang dengan baik jika penggunanya
adalah masyarakat mono atau dual ethnic.

Sementara dalam masyarakat yang multi-etnik seperti Indonesia, kemungkinan gagalnya cukup besar serta memerlukan waktu yang tidak pendek serta proses yang tidak mudah. Sampai di sini kita bisa bertanya, bagaimana wajah demokrasi kita dalam kurun 25 tahun terakhir, terutama setelah kita memutuskan untuk menggunakan demokrasi liberal?

Baca Juga  Minimalisir Kisruh Seleksi PPPK, Pj. Wali Kota Ambon Minta Perbaharui Data Honorer

Dalam berpolitik, membiarkan politikus untuk menerawang dan berangan-angan akan kemenangan adalah sebuah keniscayaan. Namun membiarkan angan-angan kemenangangan berkeliaran secara liar tanpa ada pendampingan yang cukup dalam kebijakan politik yang sesuai dengan lansekap tradisi dan
budaya adiluhung bangsa adalah kesalahan.

Jangan-jangan kebijakan soal pilihan terhadap sistem demokratis kita saat ini mengandung dua kesalahan sekaligus; abai terhadap tradisi dan abai terhadap budaya. Akibatnya, seperti yang kita saksikan dari tahun ke tahun, demokrasi menjadi semacam angan-angan sehingga menimbulkan angan-angan demokrasi (wishful thinking of democracy)
yang berlebihan.

No More Posts Available.

No more pages to load.