Oleh: Ghalim Umabaihi, Peminat Kajian Media dan Jurnalisme
Dampak kehadiran media baru saat ini, terutama media sosial, bagi tumbuh kembang demokrasi masih terus dipertanyakan: Apakah mempermudah partisipasi edukasi atau justru lebih besar menyesatkan publik? Agus Sudibyo dalam dua jilid bukunya, Jagad Digital: Pembebasan dan Penguasaan (2019) dan Tarung Digital: Propaganda Koputasional di Berbagai Negara (2021), cukup terbantu untuk menjawabnya.
Media sosial, akui Sudibyo, nampak di mata publik memiliki manfaat baik dalam demokrasi, seperti membuka ruang partisipasi, diskusi antar-masyarakat dan calon pemimpin. Para calon pemimpin itu beserta pendukungnya menggunakan media sosial dalam bersosialisasi, termasuk dapat berdialog langsung. Begitu pula masyarakat, dengan mudah turut aktif memberi kritik sekaligus mempromosi calon pemimpin yang didukung.
Berbeda saat masa kejayaan media lama (koran, majalah, radio, televisi), informasi bersifat satu arah, tak ada timbal balik. Juga didominasi pihak media dan pemegang kuasa. Namun, di sisi lain, media sosial memiliki dampak negatif, seperti pemanfaatan data pribadi pengguna media sosial dalam memainkan propaganda politik. Lewat data perilaku di media sosial, kecenderungan politik masyarakat dengan mudah diarahkan.