Porostimur.com, Ternate – Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (DGB) menyelenggarakan program Professors Go to Frontiers (PGTF) yang berlangsung di Provinsi Maluku Utara selama seminggu dari tanggal 18 hingga 24 Juni 2023.
Kegiatan pengabdian di kota Ternate dan Tidore ini diikuti oleh 11 orang profesor dari berbagai disiplin ilmu dan tiga orang staf peneliti yang memproduksi sebuah film dokumenter. Dalam program tersebut, mereka melakukan sosialisasi dan praktik pengeringan cengkeh untuk menjaga kualitasnya.
Mereka juga membahas pendidikan di daerah dengan Gubernur Maluku Utara Abdul Ghani Kasuba, bersama Wali Kota Ternate, Dr. M. Tauhid Soleman dan Pemerintah Kota Ternate. Dewan membahas gagasan kerjasama terkait Ternate sebagai Kota Rempah dan solusi sampah plastik.
Resepsi makan malam dan diskusi dengan Gubernur Abdul Gani Kasuba diadakan di Royal Resto Ternate, dihadiri oleh para kepala dinas, asisten, penasihat gubernur, dan pejabat Dewan Kagama Daerah Maluku Utara.
Meski cuaca mendung dan gelombang laut ganas, Gubernur menyeberang dari Sofifi di Pulau Halmahera menuju Ternate untuk menemui 11 Guru Besar UGM.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur membagikan buku tentang perjalanan karirnya, dengan fokus pada pentingnya pendidikan dalam mengubah nasib seseorang. Ia menceritakan kisahnya sebagai seorang anak dari pulau terpencil yang berjuang untuk mengakses pendidikan namun akhirnya berhasil menimba ilmu di Madinah dan menjadi guru di Maluku.
Buku yang dibagikan kepada guru besar UGM itu mengungkapkan perjalanan pengabdiannya dan tantangan yang dihadapinya sebagai pendidik dalam sistem pendidikan birokrasi di Tanah Air.
Menanggapi tantangan tersebut, muncul pemikiran dan keberanian mendasar untuk mendirikan dan memperkuat pusat-pusat pendidikan madrasah di pulau-pulau tersebut.
“Kalau harus menunggu pemerintah membangun fasilitas pendidikan, masyarakat di pelosok dan pedesaan akan tertinggal dan tidak terdidik,” ujarnya di hadapan guru besar UGM itu.
Buku tersebut menceritakan perjalanannya sebagai guru di pulau-pulau terpencil sebelum menjabat sebagai Gubernur Maluku Utara. Perjalanan masa kecilnya di kampung halaman Bibinoi dipenuhi dengan kesulitan mengakses pendidikan.
Gubernur Kasuba menempuh pendidikan SD dan SMP di Bacan. Pada tahun 1969 ia menyeberang ke Ternate dan melanjutkan perjalanannya ke Manado dan Buol sebelum tiba di Palu untuk melanjutkan pendidikan di Al Khairat.
Setelah menamatkan pendidikan menengah di Sekolah Al Khairat Muallimiin sederajat SMA pada tahun 1974, beliau melanjutkan studi di Fakultas Dakwah Universitas Islam Madinah.
Sekembalinya dari Madinah, beliau mengabdi sebagai guru dan advokat pendidikan selama kurang lebih 25 tahun, mendirikan dan memperkuat pendidikan madrasah di pulau-pulau antara lain Morotai, Halmahera, Ternate, Tidore, Sula, dan Bacan, serta menyeberang ke Sorong di Papua.
“Semangat mengabdi sebagai pengajar di pulau-pulau terpencil sepertinya mirip dengan semangat Dewan Guru Besar UGM menyelenggarakan Professors Go to Frontiers (PGTF) yang kali ini berlangsung di Maluku Utara,” ujar Gubernur Abdul Gani Kasuba.
Ia menyatakan komitmennya untuk kembali mengajar setelah menjabat sebagai Gubernur Maluku Utara selama dua periode (2014-2019 dan 2019-2024). Baginya, menjabat sebagai legislator di DPR RI dan sebagai eksekutif saja sudah cukup, dan menurutnya menjawab panggilan menjadi guru adalah pilihan terbaik.
“Tahun depan, setelah masa jabatan saya berakhir, saya ingin kembali ke habitat pendidikan, di mana saya bisa bebas berkreasi dan berkontribusi dalam mencerdaskan bangsa,” ujarnya.
Dalam jamuan makan malam tersebut, para guru besar UGM berbagi wawasan yang didapat selama perjalanannya di Maluku Utara, antara lain memberikan masukan dan solusi terkait pengembangan kosmopolis rempah, pemanfaatan teknologi digital untuk komunikasi di kepulauan, dan penerapan SDGs.
Menurut guru besar UGM itu, sumber daya alam yang melimpah di darat dan laut di Maluku Utara memerlukan pengelolaan yang tepat untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan kemakmuran bagi daerah.
“Tata kelola yang baik, koordinasi lintas sektor, dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan merupakan kunci implementasi Sustainable Development Goals (SDGs),” kata Profesor M. Baiquni melalui keterangan tertulis yang diterima, Selasa (11/7/2023) di Ternate.
Dalam program Professors Go to Frontiers (PGTF) bertema “Spice Cosmopolis and Ternate Smart City and SDGs” di Provinsi Maluku Utara, para guru besar UGM beraudiensi dengan Sultan Ternate Hidayatullah Sjah dan ratu.
Mereka juga berdiskusi masalah pembangunan dengan Walikota Ternate, Dr M. Tauhid Soleman, didampingi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappelitbangda), Rizal Marsaoly, dan Kepala Dinas Pertanian, Thamrin Marsaoly, yang juga seorang alumni UGM.
Kesebelas Guru Besar UGM yang terlibat dalam program ini antara lain Profesor M. Baiquni (Geografi), Profesor Sulistiowati (Hukum), Profesor Wahyudi Kumorotomo (Ilmu Sosial dan Politik), Profesor Koentjoro (Psikologi), Profesor Lasio (Filsafat), dan Profesor Ambar Pertiwiningrum dan Profesor Tety (Ilmu Peternakan).
Turut berpartisipasi adalah Profesor Sri Suryawati (Kesehatan Masyarakat), Profesor Alva (Teknik), Profesor Purnomo (Biologi), dan Profesor Kharis (Farmasi), didukung oleh Heru, Fuad, dan Aji. (red)
Simak berita dan artikel porostimur.com lainnya di Google News