Ciuman Paling Terkenal
petani itu tanam sebatang bambu di pelataran jiwanya
ia doakan bambu itu dengan seluruh nafas dan lafaz
maka jadilah rimbun bambu yang tiada terhitung
orang kampung dan kota datang minta bambu
petani itu memberi dengan rasa bahagia
“silakan ambil secara percuma,” ujarnya selalu
jika ada pesta, bambu itu ikhlas jadi tenda teduh
dan biting-biting yang tajam tetapi tak melukai
tak lupa rebung bambu untuk acar
jika nelayan bikin bubu, mereka minta bambu di situ
nelayan berbudi selalu berbagi ikan kepada sang petani
“ini ada sedikit rezeki,” kata sang nelayan, saban kali
seorang sahabat petani datang bawa senyum kecap manis
sahabat itu minta beberapa batang bambu
katanya untuk kehidupan
petani itu berdiri di dalam malam
di bawah redup sinar bulan sabit
ia rasa bulan sabit itu mau sabit lehernya
petani itu mendengar desing angin peluru
rasa mencekam menuntunnya masuk gubuk bambu
ternyata dia sudah terlambat
di depan pelita sang petani amati sekujur badan
ia hitung anak panah yang tertancap di tubuh
di atas, bawah, kiri, kanan, muka, belakang
petani itu tersenyum kepada sahabatnya di pintu
pemilik senyum kecam manis itu bertanya penasaran
“di dalam lukamu, mengapa tersenyum?”
bunga-bunga mekar dalam senyum sang petani
ia pun pergi berdiri di bawah rumpun bambu
angin malam menjilat darah dan mata panah