PRAHARA GAMALAMA
Gemuruh tifa dan dentuman gong kembali berdendang
Dendang berang pulau Thirnata di jaman perang
Kapitan laut berselempang dendam, maju menerjang
Melenggang tangkas, menepis gelombang
Hilang serang Laksamana de Marmarque semakin terang
Pandang Santa Lucia penuh seluruh melulur patung
Santo Paulo runtuh, hancur berkeping-keping
Tunggang langgang ke Santo Pedro berkawan tulang-belulang
Merah putih segi empat bertepuk gemuruh memurung jangang
Demi air mata suci Ratu Nukila
Demi pusara Tabarija di Malaka sana
Lembah hijau Gam Konora memerah bara
Juida Kasiruta saksi bisu lautan darah
Datuk-datuk laut serikat cakar di Buku Konora
Pulau Ambon mendidih semangat pasukan Lawalata
Jihad soya-soya mebelah tahang-tahang Halmahera
Mengepak sayap menukik cakar si Burung Goheba
Perisai Gamraha berlaga gagah tambah perkasa
Segenap prahara sederap menyatu dibilang canga-canga
Bikin goncang semangat Duarte de Ela
Kelip berpijar kembali temaram
Sekongkokol Lopez dan de Pementa bercurang serang
Mulut manis perdamaian tersimpan selaksa dendam
Santo Pedro mendayu-dayu perang terbenam
Khairun Djamil jatuh tersungkur darah menyiram
Nyala api Kapitan Gorango turut dipadam
Jantung diusung musuh menyusur kelam
Dua delapan Pebruari membanjir muram
Tahun Lima Belas Tujuh Puluh menjadi buram
Babullah Datuk Syam bangkit menggenggam bertambah geram.
Kastela, 28 Februari 1987
=============
KHAIRUN
Di tengah derap dan gemuruh pembangunan
Jika Jou Kolano hadir di Gam Lamo
Cako tifa tolo saragi se ngofa se dano
Dolabololo se Dalilmoro jadikan moto
Disemua garis batas tuan datang
Satu hentakan bumi berguncang
Satu panggilan Moloko bergetar
Di laut lepas datang bergegas
Hingar bingar penduduk kota berhenti seketika
Jadilah barisan Soya-soya menjalarkan api keabadian
Ke Barat menuju Afo
Ke Selatan menuju Santo Pedro
Pulang kembali ke Ake Santosa
Sowohi bilang
Ini malam rapat raksasa
Di atas mimbar tuan bersabda
Bumi Ternate luka parah
Seorang Pemuda maju membantah
Tuan salah
Tuan Buta
Tak peduli siapa
Entah penguasa
Pemangku adat
Mahasiswa serta Pelajar
Tuan bilang
Air Santosa rusak binasa
Cengkeh Afo tanpa fadafo
Santo Pedro berdinding kendor
Benteng Toloko semakin bongkok
Awas: Jangan sampai Kapita-kapita marah
Datuk moyangmu sendiri amat murka
Melihat sejarah terlantar binasa, di bumi pusaka
Dan kami menanti
Dengan letusan gunung berapi
Gam Lamo, Maret 1987
=============
TANAH KELAHIRAN 2
Di sini ditanah leluhur ini
Telah mengalun simponi sejarah
Mengharum pesona namamu
Menembus Eropa, Tidore nan jaya
Kini, kami yang lahir dan tumbuh di sini
Kami malu kepada sejarah
Kami tidak punya apa-apa lagi
Sebagai bukti keperkasaan datuk moyang
Ah, apa guna bertopang dagu
Sehabis berkelahi teringat silat
Ayo kawan tuntutlah ilmu
Pulang kembali ke tanah kelahiran
Laut biru terbentang luas
Yo, bangun seindah dapat
Nun jauh di Bukit Marijang
Gurabunga, Talaga, Jaya, Kalaodi
Menanti semaian benih sepadan
Kakek, nenek terbaring sakit
Menanti sang ahli putera sendiri
Tanah kelahiran rindu menanti
Karya nyata ikhlas berbakti
Tidore, Desember 1998
==========
KEPADA TUAN-TUAN
Bunda pertiwi kini menangis
Bunda pertiwi kini dilanda duka nestapa
Melihat keadilan sejarah,
Dibikin binasa di tanah persada
Wahai pemimpin-pemimpin republik
Tapak-tapak sejarah adalah saksi-saksi perkasa
Kora-kora melintas-lintas di Laut Arafura
Bikin Soekarno dan Hatta berani angkat bicara
Berteriak lantang tentang Trikora
Kami hanya minta keadilan dan kejujuran sejarah
Apa beda tetasan darah leluhur kami
Dengan leluhur Jokyakarta
Apa beda cucuran keringat datuk moyang kami
Dengan datuk moyang Serambi Mekah
Kini kau selempangkan istimewa di pundaknya
Tapi kotaku seperti mati, tak punya ceritera
Ayo tuan-tuan
Mari kita bikin janji,
Hanya ada satu barisan kata-kata.
Tancapkan keadilan sejarah
Agar bunda pertiwi tersenyum kembali
Sebening embun pagi.
Tidore, April 1992
========
Almarhum Maswin Muhammad Rahman adalah Mantan Ketua Sanggar Satra Gendang Gamalama Universitas Khairun, Ternate (1988-1991), Ketua Lembaga Kesenian Keraton Kesultanan Tidore (2006-2010) dan Ketua Harian Dewan Kesenian Tidore (2007-2011)