Empat Puisi Nuriman Bayan

oleh -17 views

Seperti Perahu Papa Lewati Bisoa

Hari-hari cemas itu telah kita lewati, seperti perahu papa lewati Bisoa di hari-hari Desember. Kini kita hanya menunggu hari-hari itu ranum dan kita kembali ke tanah ibu. Kita akan meninggalkan Tarakani dan Bisoa akan memeluk kita. Engkau akan kutinggalkan di rumah dan aku akan kembali ke kebun, ke lautan. Agar pisang dan ikan itu dapat kita selamkan ke dalam kua kabur, untuk anak kita yang ingin kita besarkan dengan asi, dengan kasih.

2021.

=======

Jika Kita Harus Menengok

Jika kita harus menengok riwayat pertemuan kita. Ada jarak yang biru dan hijau di sana. Ada rindu yang lebih putih dari buih-buih lautan. Ada cinta yang berbicara dalam cemas-cemas bahagia. Ada janji yang ingin mengandung dan melahirkan. Ada Halmahera yang kita lipat dan kita satukan diam-diam. Ada Tarakani yang dengan teguh menjadi saksi.

2021.

========

Di Tanah yang Tergusur

Tanah
tempat kita menanam cinta, buah, dan bunga
untuk anak-cucu kita, mengapa kau jual juga?

Bukankah kau tahu
selain di langit dan di laut
nasib kita bergantung di sana?

Bukankah kau tahu
di tanah yang tergusur
ada langit yang muram dan laut yang keruh?

Bukankah kau tahu
mencintai langit adalah menjaga
semua yang ada di bumi?

Kalau sudah begini
esok anak-cucu kita makan apa
selain limbah, janji, dan hati?