“Hal terburuk yang ditemukan masyarakat, perihal biaya pendidikan gratis untuk SMU/SMA di Maluku. Biaya pendidikan menjadikan masyarakat kian kehilangan harapan untuk mendapatkan pendidikan secara baik. Karena, program tersebut hanya berbunyi ketika kampanye di lapangan. Realisasi selalma kepemimpinan MI, hanya isapan jempol,” imbuhnya.
Hehanussa menjelaskan, keluar dari 16 program yang dicanangkan Murad tersebut, masih banyak persoalan di tengah masyarakat yang tidak mampu diatasi olehnya.
“Sebut saja, persoalan konflik internal pada masyarakat. Di mana, Murad hampir tidak mampu menangani setiap persoalan yang timbul di tengah masyarakat. Padahal, perannya secara langsung untuk mengatasi hal ini, sangat dibutuhkan. Namun, yang diterima dari masyarakat pertikai hanya janji kosong dari Murad,” beber Hehanussa.
“Kalau harus dihitung per item atas persoalan pembangunan yang selama ini hanya dijanjikan Murad tanpa ada realisasi, maka terlalu banyak. Kenyataan ini, meniscayakan,” sambungnya.
Hehanussa berharap masyarakat akan memilih figur baru untuk menakhodai Maluku di periode ke depan. Sebab, MI sudah tidak layak untuk memimpin Maluku.
“Mestinya, MI memperlihatkan kemampuannya selama periode kemarin, dalam menerobos pembangunan di Maluku yang terisolasasi. Sayangnya, MI selama kepemimpinannya kemarin, hanya berbatas pada eforia. Maluku tidak membutuhkan hal-hal yang bersifat eforia. Maluku membutuhkan sentuhan tangan pemimpin yang loyak, yang sinergis terhadap birokrasi dan kebutuhan masyarakat,” pungkasnya. (Red)