Guru Tua, Pejuang dan Pencerah dari Timur Indonesia

oleh -44 views
Link Banner

Oleh: Hasby Yusuf, abna Khairaat

Sayyid Idrus bin Salim Aljufri (1892-1969) adalah ulama dan pendidik hebat. Beliau oleh abna khairaat selalu disapa “Guru Tua”.

Guru Tua merupakan ulama besar dari Indonesia bagian timur yang menghibahkan perjalanan hidupnya untuk kepentingan masa depan pembangunan bangsa di bidang pendidikan dan dakwah Islam di Tanah Air.

Sayyid Idrus tak sekedar Pendiri Alkhairaat tetapi lebih dari itu beliau adalah pencerah bagi Indonesia khususnya bagi kawasan timur Indonesia dimana sentrum pendidikan alkhairaat menyebar dari Sulawesi, Maluku Utara, Maluku, Papua hingga Kalimantan.

Al-Habib Idrus bin Salim Al-Jufri atau lebih dikenal dengan Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri atau Guru Tua (lahir di Tarim, Hadramaut, Yaman, 15 Maret 1892 – meninggal di Palu, Sulawesi Tengah, 22 Desember 1969 pada umur 77 tahun merupakan tokoh pejuang di Provinsi Sulawesi Tengah dalam bidang pendidikan agama Islam

Dalam masa perjuangan dakwahnya, Guru Tua telah berhasil membangun 420 madrasah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia bagian timur, Sulawesi, Maluku, Kalimantan dan Papua.

Perjalanan Guru Tua mendirikan Alkhairaat dimulai 14 Muharram 1349 Hijriah atau 30 Juni 1930 Masehi. Peresmian dihadiri wakil Pemerintah Belanda, Raja Palu Djanggola, tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat sekitar Kota Palu.

Jauh sebelum itu, sebenarnya perjuangan Alkhairaat sejatinya telah dimulai sejak 1928. Sejarah mencatat antusias masyarakat lembah Palu akan pentingnya pendidikan keagamaan.

Alkhairaat kemudian menjadi cahaya yang terang menderang menyinari warga Kota Palu dan sekitarnya, mengikis kepercayaan tradisional dinamisme (mistik) dan animisme.

Berkat perjuangannya ribuan sekolah dan ponpes Alkhairaat berdiri dan menghasilkan banyak lulusan terbaik yang dikemudian hari menjadi bagian terpenting bagi pencerahan Indonesia sebagai bangsa.

Banyak anak didik Guru Tua dan lulusan alkhairaat hingga hari ini menjadi pejuang dakwah Islam sekaligus pendidik yang hebat. Ini semua adalah berkah dari “Guru Tua” sang pencerah dan pejuang sejati.

Alkhairaat sejak berdiri telah
meletakkan dasar, arah dan tujuan pendidikan yaitu melahirkan para ilmuan muslim yang diharapkan kelak menjadi pengubah tatanan kehidupan masyarakat.

Satu hal yang paling prinsip dalam pendidikan Alkhairaat adalah penekanan pada perubahan akhlak. Alkhairaat tak hanya sekedar melahirkan orang berilmu tetapi juga “Adab” (Akhlak).

Kata Nabi Muhammad SAW: “Kaum Mu’minin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmidzi).  

Sayyid Idrus bin Salim Aljufri, menempatkan pendidikan Alkhairaat sebagai ujung tombak dalam usaha dakwahnya dan perjuangan Bangsa.

Alkhairaat dalam gagasan Guru Tua tak sekedar menjadi benteng Ilmu tetapi menjadi wadah konsolidasi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hal ini terbukti dalam banyak syair beliau yang menyerukan perjuangan kemerdekaan.

Bahkan warisan kejuangan beliau untuk Indonesia yang paling fenomenal adalah warna bendera merah putih. Inilah bukti bahwa spirit Keislaman dan Keindonesian adalah bagian dari spirit berdirinya Alkhairaat.

Saksi nyata dari perjuangan Guru Tua menebarkan dakwahnya yang hingga kini dapat disaksikan adalah dari 420 madrasah yang diinisiasi, kini jumlahnya telah berkembang pesat. Tercatat, telah mencapai lebih dari 1.700 madrasah.

Alkhairaat memiliki jenjang pendidikan formal, mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini hingga SLTA, tersebar di seluruh Indonesia, utamanya di kawasan timur. Selain itu, Alkhairaat juga memiliki perguruan tinggi yang bernama Universitas Alkhairaat di Kota Palu.

Spirit keislaman dan keindonesian bisa kita baca dalam syair Sayyid Idrus bin Salim Aljufri: “Wahai putera Alkhairaat, laksanakan kewajiban mengajar, jadilah kalian dalam kelompok terdepan, bagimu teladan
pada orang-orang sebelum kamu, guru-guru yang memimpin manusia dengan pemahaman.

Dengan ilmu setiap bangsa menjadi tinggi diantara ummat manusia, dan mencapai kemuliaan diantara bangsa-bangsa. Manusia terkadang mengungguli teman-temannya, jika ia memiliki perbendaharaan ilmu. Dengan ilmu dan akhlaq tercapai cita-cita, jika engkau menjadi ilmuan janganlah sombong.” (*)

Simak berita dan artikel porostimur.com lainnya di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.