Hacker Baek Hati?

oleh -66 views

Oleh: Made Supriatma, Peneliti dan jurnalis lepas. Saat ini bekerja sebagai visiting research dellow pada ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura

Tahun 2018, saya bertemu kawan seorang lawyer. Dia memiliki firma hukum di Manhattan, New York City. Termasuk firma ukuran menengah di kota itu.

Ketika bertukar kabar, dia mengeluh keadaan tidak terlalu baik akhir-akhir ini. Mengapa? Pusat data kantornya diserang ‘ransomware.’ Para hacker itu meminta tebusan 1 juta USD. Mereka mengunci akses ke datanya. Jika tebusan tidak diberikan, data tersebut tidak akan bisa diakses. Ia akan hilang selamanya.

Para hacker tersebut sebenarnya tidak mengambil data apapun. Mereka hanya menguncinya. Dan hanya mereka yang punya kuncinya. Mereka tidak tertarik untuk melihat isi data didalamnya. Mereka tidak peduli. Yang mereka peduli adalah: bayar! Maka akses akan dibuka kembali.

Para hacker ini tidak kenal ampun. Kalau diberikan waktu dua hari, ya dua hari. Mereka jarang bernegosiasi. Karena, semakin banyak komunikasi dengan pihak yang diretas, semakin rentan mereka terhadap penelusuran.

Para ahli yang yang disewa oleh pihak yang diretas akan melacak mereka lewat komunikasi ini. Dan tentu saja pihak penegak hukum akan melakukan hal yang sama.

No More Posts Available.

No more pages to load.