Oleh: Joseph Osdar, Kolumnis, mantan wartawan harian Kompas
DUA puluh tiga tahun lalu, Guru Bangsa Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mengumumkan dekrit presiden. Beberapa jam setelah itu, dia diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden.
Beberapa jam berikutnya, Megawati Soekarnoputri menjadi presiden RI. Selanjutnya, Hamzah Haz terpilih dan dilantik jadi wakil presiden.
Setelah dilantik jadi wakil presiden, Kamis, 26 Juli 2001, Hamzah Haz, menemui Gus Dur yang beberapa jam masih di Istana Kepresidenan, sebelum berobat ke Amerika Serikat.
Pada 29 Oktober 1999, Gus Dur mengangkat Hamzah Haz sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan.
Hanya satu bulan jadi menteri kabinetnya Gus Dur, Hamzah Haz mengundurkan diri dengan alasan ingin konsentrasi dalam partainya, PPP (Partai Persatuan Pembangunan).
Kamis pagi, 26 Juli 2001, setelah bertemu Gus Dur, di Istana Merdeka, Hamzah Haz sempat mengatakan kepada wartawan,“Gus Dur adalah tokoh NU yang sangat saya (Hamzah Haz) hormati, dan beliau adalah idola saya. Kami sama-sama orang NU.”
Tiga bulan setelah Gus Dur lengser, dan Hamzah Haz sudah jadi wakil presidennya Megawati, menyatakan dirinya sebagai sosok penentu Gus Dur jadi presiden, bukan Amien Rais.