Rohaniwan Katolik, Franz Magnis – Suseno, tanggal 4 Januari 2010, mengatakan seperti ini. Apa yang ditinggalkan sesudah Gus Dur pergi?
Sekurang-kurangnya, kata Magnis, ada dua warisan. Pertama, hubungan begitu baik antara umat beragama yang dirintisnya (Gus Dur) akan berkembang terus.
Warisan kedua, kata Magnis, ini menyangkut generasi muda Nahdlatul Ulama (NU), Gus Dur meninggalkan kader intelektual bangsa yang terbuka, pluralis, dan cerdas; modal bagus bagi masa depan bangsa.
“Yang dirintis Gus Dur akan berjalan terus. Nevertheless, we will miss u…,” katanya.
Yahya Staquf membacakan dekrit
Senin dini hari, sekitar pukul 01.05 WIB, 23 Juli 2001, ketika banyak orang di negeri ini sudah lelap tidur dan menikmati mimpi, di Istana Merdeka, Jakarta, Yahya Staquf (juru bicara presiden saat itu) berdiri di depan corong pengeras suara membacakan kalimat-kalimat dekrit presiden.
Yahya Staquf yang kini menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), 13 tahun lalu, mengenakan kopiah dan kemeja batik lengan panjang.
Di sebelah kanan Yahya Staquf, Presiden waktu itu, Gus Dur yang juga mengenakan kopiah dan baju batik, duduk di kursi. Di belakang sisi kiri Yahya Staquf, berdiri juru bicara presiden lainnya, Adi Massardi.