Porostimur.com, Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel kian ekspansif dengan berencana membangun pabrik baja nirkarat (stainless steel) untuk melengkapi proyek hilirisasi. Perseroan diperkirakan menyiapkan anggaran lebih dari US$ 1 miliar untuk mendukung ekspansi tersebut.
Presiden Direktur Harita Nickel Roy A Arfandy mengungkapkan, secara kalkulasi, nilai investasi untuk pembangunan pabrik stainless steel tersebut di atas US$ 1 miliar dengan kapasitas pabrik mencapai dua sampai tiga juta ton.
“Saya berharap, akhir tahun ini, kami bisa finalkan negosiasi dengan investor baru, sehingga kami bisa mulai bangun pada awal tahun depan,” kata Roy, baru-baru ini.
Dia menegaskan, ekspansi perseroan ke industri stainless steel tersebut bertujuan untuk melengkapi hilirisasi dari hulu sampai hilir dengan memproses saprolite menjadi feronikel, lalu menjadi stainless steel.
Harita Nickel akan menggarap proyek stainless steel ini dengan menggandeng salah satu pemain besar stainless steel kelas dunia. Roy berharap, negosiasi antara perseroan dan calon mitra strategis segera rampung dan dapat diumumkan pada akhir tahun ini.
“Doakan saja agar diskusi kami berhasil. Kami berharap bisa umumkan sebelum akhir tahun ini,” ucap Roy. Namun, saat disinggung mitra dari Tiongkok, dia menegaskan bukan dari Tiongkok.
Terkait hilirisasi, emiten berkode saham NCKL tersebut memang berencana untuk menjadi perusahaan yang terintegrasi, dari proses upstream maupun downstream. Termasuk, hilirisasi nikel menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Bahkan Roy mengklaim Harita Nickel merupakan paling maju di Indonesia. Sebab perseroan sudah berhasil membuat nikel sulfat dan memiliki pabrik dengan kapasitas sebesar 240 ribu metrik ton per tahun.
“Itu sudah terbesar di dunia dari sisi desain. Untuk mencapai baterai mobil listrik diperlukan tiga tahap lagi. yaitu nikel sulfat, kobalt sulfat akan menjadi baterai prekursor. Dari baterai prekursor menjadi katoda dan digabung menjadi anoda sampai menjadi baterai. Jadi, masih ada tiga tahap lagi sampai bisa memproduksi baterai listrik,” bebernya.
Karena itu, NCKL akan terus mempelajari segala kemungkinan yang ada agar proses dari hulu hingga hilir betul-betul terintegrasi. Meskipun, jika dilihat dari sisi teknologi, produksi prekursor katoda berbeda dengan proses nikel menjadi sulfat.
“Tapi, kami akan melihat dan mempelajari apakah memungkinkan untuk terus masuk ke hilirisasi lebih lanjut. Kami akan mempelajari kemungkinan yang ada,” tandasnya.
sumber: investor