Definisi Ibnu Sina tentang infeksi sama dengan yang digunakan dunia medis saat ini, termasuk soal mikroorganisme yang tak kasat mata. Dalam hipotesanya, Ibnu Sina menjelaskan penyakit akibat mikoorganisme ini bisa sangat menular pada lingkungan sekitar. Mereka yang terinfeksi harus dikarantina untuk menekan kasus penularan.
Ibnu Sina adalah dokter pertama yang mendesain metode karantina untuk mencegah penularan penyakit infeksi. Metode ini disebut Al-Arba’iniya atau the fortieth yang diterjemahkan sebagai quarantena dalam Venetian language awal. Sesuai namanya, Al-Arba’iniya adalah sanitary isolation yang dilakukan selama 40 hari dengan membatasi ruang dan gerakan.
Karantina adalah praktik wajib di seluruh rumah sakit pada zaman tersebut untuk mencegah penyebaran kusta. Penyakit kulit infeksius ini ditandai bercak putih pada kulit, yang bisa menyebabkan pasiennya kehilangan anggota tubuh.
Metode karantina menjadi sangat umum di Eropa terutama selama dan setelah serangan wabah Black Death di abad ke-14 dan 15. Wilayah penerapan karantina adalah tempat bertemunya pedagang antar negara misal di Venesia, Italia. Karantina dilakukan selama 40 hari pada seluruh kru dan penumpang kapal yang akan berlayar.