—
Malam harinya ketika pekat menguasai pandangan, Gayatri mengendap keluar kamar. Dengan bantuan senter kecil dalam genggaman ia berjalan menuju ruang depan. Rian lelap dalam tidurnya tak menyadari jika Gayatri lenyap meninggalkan pembaringan.
Dalam keheningan malam Gayatri bergegas menghubungi seseorang. Ia menyalin nomor telepon yang ia simpan dalam secarik kertas. Sambungan telepon terhubung, sambil berbisik Gayatri berkata.
“Assalamualaikum ibu”
“Astaghfirullahhaladzim, Gayatri?” ibu terkejut mendengar suara putri kesayangannya yang sudah lama tak ia dengar.
“Assalamualaikum ibu” Gayatri mengulangi.
“Waalaikumussalam nak”
Tanpa sempat mengucapkan kata-kata tanpa sadar airmata telah mengalir di kedua pipinya. Hanya isak tangis yang terdengar.
Ibu mengerti putrinya sedang tidak baik-baik saja.
“Maafkan aku bu” ucap Gayatri terbata-bata disela isak tangisnya.
Gayatri menceritakan semua yang terjadi. Kemana dia selama ini pergi dan dengan siapa ia sekarang tinggal. Dan mengapa dia sekarang ingin kembali. Bocah kecil bernama Gendis telah membuat Gayatri menjadi seorang ibu. Meski Gendis tidak terlahir dari rahim Gayatri tapi dia telah berhasil mendorong Gayatri untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Gayatri takut jika suatu saat nanti Gendis tau yang sebenarnya. Dia juga takut dengan hukuman yang akan ia terima dari Tuhan. Gayatri tak mampu lagi menanggung beban dosa di tubuhnya. Dia tak mau jika surga enggan memeluknya.