Porostimur.com, Jakarta – Tahun 2024 menjadi salah satu tahun paling memilukan bagi Maluku Utara (Malut), terutama warga yang hidup di wilayah lingkar tambang. Demikian menurut Simpul Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Maluku Utara (Malut).
Selain terus berjuang mempertahankan ruang hidupnya dari cengkeraman negara – korporasi, menurut Jatam Malut, desa-desa tempat mereka hidup tak luput dari dampak aktivitas ekstraktif. Mulai dari banjir, kerusakan sungai, pesisir, hingga lautan yang kemudian memengaruhi kualitas hidup sehari-hari.
Simpul Jatam Malut menyebut kelimpahan sumber daya alam berupa nikel, emas, bijih besi, pasir besi, batu gamping, hingga panas bumi (geotermal) yang terdapat hampir di sekujur tubuh Pulau Halmahera, menjelma menjadi kutukan karena adanya kelindan kepentingan oleh penguasa, baik di level daerah maupun pusat.
“Atas nama pertumbuhan ekonomi, para pejabat cum pebisnis mengeksploitasi dan meraup cuan sebanyak–banyaknya. Lalu pergi meninggalkan kubangan krisis yang tak terpulihkan,” kata Simpul Jatam Malut dalam Catatan Tahun 2024 dan Proyeksi 2025, yang dirilis 20 Desember 2024.
Simpul Jatam Malut menilai terpilihnya Sherly Tjoanda dan Sarbin Sehe sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Malut periode 2025-2030 berpotensi membawa dampak buruk bagi provinsi ini. Sebab Sherly Tjoanda diketahui sebagai pengusaha. Jejak gurita bisnisnya bergerak di multi sektor. Mulai dari perhotelan, kontraktor atau jasa konstruksi, dan sektor industri ekstraktif.