@Porostimur.com | Ambon : Pembangunan perumahan multietnis yang akan didiami warga dengan beragam agama dan dari berbagai etnis, menjadi salah satu bukti fisik Maluku pantas menjadi laboratorium kerukunan kehidupan beragama di Indonensia.
Keberadaan perumahan multietnis ini, juga menunjukkan kokohnya fondasi Maluku yang rukun, religius, damai, sejahtera, aman, berkualitas dan demokratis.
Hal ini ditegaskan Gubenur Maluku, Ir. Said Assagaff, kepada wartawan, di Ambon, Selasa (2/10).
Menurutnya, masalah ini pernah diutarakannya kepada Presiden saat melakukan kunjungan kerja beberapa waktu lalu.
Bahkan, saat Pemprov Maluku menggelar rapat koordinasi dan teknis (rakornis) Pesparani beberapa waktu lalu, masalah ini juga diungkapkannya kepada Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Eusebius Binsasy, Ketua LP3KN Adrianus Meliala, Kepala Kanwil Agama dan Ketua LP3KD se-Indonesia dan peserta Pesparani.
”Ketika saya bertemu dengan Pak Presiden Jokowi, beliau tanya saya. Pak Gub, Maluku adalah laboratorium kerukunan hidup beragama terbaik di Indonesia. Bentuk fisiknya seperti apa? Saya sebutkan perkampungan multietnis, dimana semua agama dan berbagai etnis akan tinggal di perkampungan itu,” ujarnya.
Guna merealisasikan tujuan tersebut, akunya, Pemprov Maluku akan dimediasi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Menteri Agama RI.
”Menteri PUPR sudah janjikan ke saya untuk nanti membantu membangun ratusan rumah. Begitu pula Menteri Agama, sudah janji nantinya membangun rumah ibadah (masjid, gereja dan pura) di perkampungan itu,” jelasnya.
Bukan saja dukungan anggaran, jelasnya, realisasi perkampungan multietnis ini juga membutuhkan dukungan moral dari seluruh masyarakat Maluku, maupun elemen yang dikandungnya.
”Saya titip juga kepada pimpinan DPRD, termasuk para tokoh agama, karena saya dan Pak Wakil Gubernur akan mengakhiri masa tugas nanti. Saya titip agar perkampungan ini harus terwujud,” tegasnya.
Dengan terealisasinya pembangunan perumahan dan perkampungan multietnis ini, tambahnya, ketika mayarakat nasional berbicara tentang kerukunan beragama, maka Maluku menjadi kiblat dan ikonnya.
”Kalau orang berbicara soal kerukunan beragama, mari datang belajar dari kami di Maluku. Negeri ini sangat cantik, dimana orang tetua kita telah meletakkan dasar-dasar yang besar yakni hidup rukun, aman, damai. Kita punya pela gandong, Larvul Ngabal, Kalwedo-Kidabela, atau juga Masohi, untuk membangun persaudaraan sejati,” pungkasnya. (keket)