Tujuan Nabi Musa dengan pertemuan itu adalah untuk berbincang-bincang langsung dengan Nabi Adam dan menyalahkannya karena Nabi Adam telah mengeluarkan dirinya dan anak cucunya dari surga lantaran dosa yang dilakukannya.
Akan tetapi pada saat itu Nabi Adam mengemukakan alasan yang membuat Nabi Musa terdiam.
Beratnya Dunia
Kehidupan dunia adalah kelelahan dan kepayahan.
لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِى كَبَدٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (QS Al-Balad: 4).
Kelelahan ini terlihat di dalam segala urusan. Suapan yang dimakan oleh seseorang tidak diperoleh kecuali dengan kelelahan.
Seteguk minum juga demikian. Bahkan pakaian dan tempat tinggal. Lebih dari semua itu, penyakit-penyakit yang menimpa manusia, musuh-musuh dan kawan-kawannya mendatangkan problem baginya. Gangguan pun bisa datang dari anak-anak dan kerabatnya.
Nabi Musa telah merasakan apa yang dirasakannya dari Fir’aun dan bala tentaranya. Dia kabur dari Mesir ke Madyan setelah membunuh laki-laki Qibti.
Di Madyan, Musa menggembala kambing selama sepuluh atau delapan tahun. Dan setelah Allah mengangkatnya menjadi Rasul, Nabi Musa menghadapi Fir’aun. Nabi Musa menghadapi kebengalan dan kenakalan Bani Israil. Mungkin pada suatu waktu terbetik di pikiran Nabi Musa bahwa penyebab kelelahan ini adalah NaBI Adam, yang telah mengeluarkan dirinya dan anak cucunya dari Surga.