Lagi, korban dugaan malpraktek RSUD Manokwari bertambah

oleh -91 views

@Porostimur.com | Manokwari : Dugaan kasus malpraktek di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Manokwari kembali bergema.

Padahal belum lama publik di Manokwari diguncang dengan kasus malpraktek yang berujung pada meja hijau.

Dan kali ini, korban dugaan malpraktek melibatkan anak oknum anggota TNI AD di Kodim 1703/Manokwari.

Seorang ibu atas nama Elin Novita Sari (36), melaporkan dr. Maria Warme, Sp.A, ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Papua Barat, Rabu (2/5) sekitar pukul 11.00 Wit.

Adapun laporan yang dimasukkan yakni dugaan kasus malpraktek yang menyebabkan anaknya meninggal dunia.

Kasus dimaksud tertuang dalam Laporan Polisi bernomor LP/50/III/2018/Papua Barat/SPKT, tertanggal Sabtu (17/3) lalu.

Saat menghadiri mediasi kedua dugaan kasus malpraktek dengan penggugat dr. Agustin Hehanussa, pelapor sekaligus ibu korban, Elin, yang berhasil dikonfirmasi Porostimur.com, Rabu (2/5), membenarkan insiden yang menimpa dirinya.

Dituturkannya kronologis pada Rabu (27/2) yang berujung terjadinya dugaan malpraktek terhadap anaknya yang baru saja dilahirkannya.

Menurutnya, sebelum dinyatakan meninggal dunia, anak tersebut telah divonis mengidap penyakit malaria.

Ketika memastikan kesehatan anaknya dengan bertanya kepada beberapa petugas medis, jelasnya, dirinya sempat dibentak dan diarahkan perawat ke pojok tembok.

Namun selang beberapa jam, akunya, baru diketahui anak yang baru dilahirkannya itu telah meninggal dunia.

Atas kejadian ini, jelasnya, dirinya menilai ada upaya penipuan yang dilakukan dokter dan perawat saat itu.

”Sebelumnya saya sempat pulang ke rumah untuk membeli susu dan mengambil perlengkapan anak saya. Saat kembali ke rumah sakit, saya melihat kondisi anak saya yang mulai menurun. Saya tanya mereka, anak saya gimana, tapi jawab mereka, tenang ibu kami lagi ambil tindakan. Mereka sibuk pasang oksigen dan infus. Beberapa saat kemudian saya tanya kembali, namun jawab mereka terlihat seperti sesuatu yang buruk sudah terjadi terhadap anak saya, tapi saya disuruh berdiri di pojok tembok ruangan tersebut. Dan dengan nada santai, mereka katakan kalau anak saya sudah meninggal dunia,” ujarnya berurai air mata.

Baca Juga  Wagub Maluku Buka Festival Bataria Sahur Kolaborasi

Dengan tegas dirinya mengaku kecewa atas perilaku para perawat dan dokter saat itu.

Pasalnya, usai dinyatakan meninggal dunia, tidak ada sedikitpun rasa penyesalan atau merasa salah dari wajah mereka.

Selain  itu, jelasnya, dirinya tidak menemukan gejala apapun pada anaknya, namun tiba-tiba langsung divonis meninggal dunia.

Merasa shock, terangnya, dirinya bersama suami baru melaporkan insiden tersebut pada SPKT Polda Papua Barat, Sabtu (17/3) lalu.

”Oh tidak, kalau memang anak saya sudah meninggal, kan kita bisa didudukkan dengan baik-baik, dan diberi penjelasan yang sebenarnya. Tidak perlu kita ditipu-tipu seperti itu. Karena saya juga tidak melihat anak saya sesak atau apa. Tiba-tiba mereka bilang sudah meninggal, dengan alasan memanggil dokter UGD untuk memeriksa anak tersebut,” pungkasnya. (jefri)