Leo Kristy dan Fahri Ali

oleh -4 views

Lalu Media Kompas membuat Forum Indonesia Muda setiap bulan. Semua para aktifis mahasiswa diberikan ruang untuk bicara dan beradu gagasan.

Di tengah situasi demikian, bang Fahri Ali tak hanya menjadi mentor diskusi kelompok studi pena. Tapi dia juga “memaksa” agar kami terbiasa menuliskan pikiran-pikiran kami menjadi sebuah artikel.

Saya yang terbiasa hanya menulis cerpen untuk majalah kampus juga majalah remaja di masa itu, mulai menulis artikel serius. Di antaranya berjudul: Barat Dalam Pandangan Dua Tokoh. Sutan Takdir Alisyahbana dan Fukusawa Yukichi. Di muat di jurnal Ilmu dan Budaya miliknya Univ Nasional.

Dalam satu waktu Leo Kristy manggung di Pasar Seni Ancol. Bersama teman-teman Kelompok Studi Pena, juga bang Fahri Ali.

Kami menonton bersama-sama, menikmati suasana malam itu dengan lantunan suara dan petikan gitar Leo Kristy yang membahana.

Bila di masa awal saya menonton Leo Kristy dan menikmatinya hanya secara personal, tak ada teman seusia yang ikut, maka malam itu diskusi panjang tentang kemiskinan struktural, tentang lahirnya musik Blues di Amerika, dan segala hal yang membersamai peradaban manusia, diungkap dengan beragam referensi

Saya kembali menikmati lagu Salam Dari Desa dengan pemahaman yang tentu saja lebih dalam dan dewasa.

No More Posts Available.

No more pages to load.