Oleh: Rajuan Jumat, Anggota Forum Studi Independensia & Mahasiswa Antropologi Unkhair
Sudah lazim bila datang ke rumah Garasi, sebutan akrab kediaman Sofyan Daud, pendiri sekaligus pembina Lembaga Independensia, dengan modal sabar. Tidak bisa datang langsung pengen cepat-cepat pulang. Bila ada perlu dengan Abang (begitu kami menyapanya), apa pun yang terjadi kita harus tahan pulang. Ini sudah dilalui oleh sekian senior Independensia sebelumnya. Mengeluh kantuk, sudah pasti.
Malas dan lama apalagi. Tidak sedikit para senior yang menggungkapkan itu. Saya pernah mengalami hal serupa. Waktu itu, saya baru bergabung lalu diajak ke rumah Abang. Karena baru, jadi saya ikut dan nurut saja.
Saya perlahan paham setelah sekian kali datang ke rumah berceritera terkait agenda Forum Studi Independensia, tidak langsung datang lalu menyampaikan tujuan dengan mujur. Kita harus tunggu, berjam-jam, bahkan bisa sampai pagi.
Jadi, sebelum ke rumah Abang, alangkah baiknya jika kita tampung sabar sebanyak mungkin dari rumah. Bila perlu, siapkan cara yang entah bagaimana supaya melawan rasa ingin pulang sebab untuk bercerita secara fase to fase tidak seperti istilah “minta api” yang datang menyampaikan tujuan lalu pergi. Tidak. Apalagi kalau Abang tengah nikmati musik di kamar atau sedang melayani tamu.