Oleh: Anies Rasyid Baswedan, Ph.D.
Republik ini tidak dibangun oleh sekadar orang-orang cerdas. Ia dibangun oleh orang-orang berintegritas. Sejarah mencatat bahwa para pendiri bangsa bukan hanya memiliki gagasan besar, tetapi juga kejujuran, keberanian, dan dedikasi yang tak tergoyahkan. Mereka tidak sekadar berpikir untuk dirinya sendiri, melainkan untuk masa depan bangsanya.
Menjadi cendekiawan bukan semata perkara kepintaran. Kecerdasan, tanpa integritas, tidak akan menjadi cahaya yang menerangi jalan bangsa. Justru, tanpa integritas, kecerdasan bisa berubah menjadi alat untuk menipu, memanipulasi, dan mengkhianati kepercayaan publik. Hari ini, republik ini mengalami krisis bukan karena kurangnya orang pintar, tetapi karena hilangnya kepercayaan. Hilangnya keyakinan bahwa mereka yang berbicara tentang kepentingan rakyat benar-benar mengutamakan rakyat.
Dalam satu perjalanan di masa mahasiswa, pernah menjemput Imadudin Abdurrahim, biasa dipanggil Bang Imad, untuk sebuah acara. Dalam perjalanan itu, obrolan mengalir, dan sebuah kejutan muncul. Selama ini, banyak yang mengira Bang Imad adalah seorang ulama, tapi ternyata ia seorang insinyur listrik. Ketika ditanya mengapa memilih menjadi insinyur, jawabannya sederhana, tapi mendalam. Ia bercerita tentang Bung Hatta, tentang pidato yang pernah ia dengar di masa mudanya.