Meritokrasi

oleh -35 views

Oleh: Made Supriatma, Peneliti dan jurnalis lepas. Saat ini bekerja sebagai visiting research dellow pada ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapore

Perdana Menteri Singapore, Lee Hsien Long, mengumumkan bahwa jabatannya sebagai ketua People’s Action Party (PAP) akan diganti oleh Lawrence Wong yang sekarang menjabat Wakil PM, mulai 21 November tahun depan.

Dengan demikian, Wong sudah hampir pasti akan menjadi PM Singapore. Karena PAP adalah partai yang hegemonik dalam politik Singapore dan negara ini memegang sistem parlementer, maka siapapun yang memimpin PAP, hampir pasti ia akan menjadi Perdana Menteri.

Kursi kepresidenan, yang lebih berfungsi sebagai seremonial belaka, sekarang dipegang oleh Tharman Shanmugaratnam yang baru terpilih dalam Pemilu bulan Agustus lalu. Presiden Tharman menggantikan Presiden Halimah Yacob.

Lawrence Wong meniti karir dalam pemerintahan. Dia pernah menjadi pegawai negeri di berbagai kementerian. Dia juga seorang ekonom yang pernah duduk sebagai Menteri Keuangan, Menteri Pendidikan, dan berbagai jabatan lainnya.

Baca Juga  BNN Gelar Pemusnahan Barang Bukti 36 Kg Sabu hingga Ganja

Seteah keluar dari pegawai negeri dia menjadi anggota DPR. Dari situlah dia membangun karir politiknya.
Ia adalah produk yang dibanggakan oleh Singapore: meritokrasi. Orang meniti karir dan membangun prestasi dari bawah hingga ke jabatan puncak.

PM Lee Hsien Long, sekalipun dia adalah anak dari pendiri Singapore dan mantan PM, Lee Kuan Yew, juga meniti karir dari bawah. Walaupun Anda mungkin masih bisa mempertanyakan apa makna dari ‘bawah’ itu.

Namun setidaknya Lee Hsien Long punya berbagai pengalaman dan menguji kualifikasinya sebelum ia mendapat jabatan puncak itu. Ia pernah berdinas di militer hingga pangkat Brigadir Jendral (karenanya sering dipanggil dengan nama BG Lee). Di bidang militer, Lee juga lulus dari sekolah staff dan komando elit di AS, yakni the United States Army Command and General Staff College di Fort Leavenworth pada 1978.

Baca Juga  Mantan Wakil Kepala Staf Militer Israel: Kita Tidak akan Berhasil Lenyapkan Hamas

Sebelumnya, Lee lulus dari Trinity College, Universitas Cambridge. Disana dia mengambil jurusan matematika. Dia juga mendapatkan gelar MA dari Kennedy School of Government, Universitas Harvard.
Ia keluar dari dinas militer dan menjadi politisi. Dia terpilih menjadi anggota parlemen dan dari sana meniti karir sebagai menjadi menteri.

Tentu saja mungkin orang akan beranggapan bahwa PM Lee adalah bagian dari dinasti Lee Kuan Yew. Namun, melihat dari perjalanan karir dan jabatannya, sulit untuk mengatakan bahwa ia mendapat jabatan PM tanpa kualifikasi apapun.

Artinya, orang seperti PM Lee tidak menjadi Ketua PAP hanya DUA hari setelah menjadi anggota partai itu. Tidak menjadi Deputy PM (dibawah PM Goh Tjok Tong) tanpa sebelumnya menjadi anggota DPR dan menjadi menteri.

Baca Juga  DKK Ambon akan Ikut Munas Dewan Kesenian dan Dewan Kebudayaan 2023 di Jakarta

Apa yang menarik dari suksesi (di Singapore mereka mengatakan ini adalah “transisi”) kekuasaan di negeri jiran ini?

Untuk saya, yang lebih menarik adalah bahwa “dua anak itu” dididik di Singapore. Saya tidak tahu apakah mereka pelajari sistem yang membawa negara kecil dan tanpa sumber daya ini (air pun mereka beli dari Malaysia!) ke arah kemakmuran.

Tentu menyedihkan bahwa “dua anak itu” ujug-ujug mak plung … menjadi ketua partai; atau bahkan lebih sadis lagi, menjadi calon orang nomor dua di negeri ini! Mereka akan menjadi pemimpin dari negara yang berpenduduk 280 juta lebih dan sangat kaya sumber daya. Yang jelas minim adalah keahlian — yang ditempa oleh pengalaman jatuh bangun sebagai politisi, pemikir, dan pembuat kebijakan. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.