Model Demokrasi di Indonesia, Dari Tentara ke Polisi

oleh -51 views

Penulis: Himawan Sutanto, Aktivis 1980-an

Judul di atas seperti membawa kita kembali dengan pernyataan Prabowo Subianto di rumah Hambalang pada Oktober 2017. Dalam pidatonya Prabowo mengatakan: “Saudara-saudara, kita masih upacara, kita masih menyanyikan lagu kebangsaan, kita masih pakai lambang-lambang negara, gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini.”

“Tetapi di negara lain, mereka sudah bikin kajian-kajian di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030. Bung, mereka ramalkan kita ini bubar!” Pidato Prabowo ketika itu memberikan refleksi terhadap buku “Ghost Fleet” karangan August Cole dan P. W. Singer.

Padahal buku “Ghost Fleet” ini sebetulnya novel tapi ditulis oleh dua ahli strategi dan intelijen Amerika, menggambarkan sebuah skenario perang antara China dan Amerika tahun 2030.
Yang menarik dari buku di atas bahwa mereka meramalkan tahun 2030 Republik Indonesia sudah tidak ada lagi. Setelah pidato Prabowo menjadi viral, suasana politik semakin memanas.
Terlebih pernyataan Prabowo muncul menjelang pemilu dan pilpres 2019. Bisa disebut wajar jika kita melihat realitas politik yang ada waktu itu.

Polarisasi politik, mundurnya Demokrasi setelah Pilpres 2014, kita mengalami sejarah buruk demokrasi. Sebab pilpres yang hanya memberikan dua kandidat Jokowi vs Prabowo dan tidak ada pilihan lain.