Nuku Jou Barakati

oleh -141 views

Oleh: Moksen SirfefaPeminat Sejarah dan Peradaban.

GUBERNUR Belanda di Ternate, Jacob Roland Thomazen menangkap Sultan Tidore Jamaluddin, Pangeran Goramahongi, Pangeran Zainal Abidin dan Sultan Bacan. Mereka dikirim ke Batavia dan diajukan ke pengadilan. Pangeran Goramahongi dan Pangeran Zainal Abidin kemudian diasingkan ke Sri Lanka. Sultan dan para pangeran secara formal dituduh melakukan permufakatan jahat. Diantaranya, gubernur Thomazen mendengar bahwa Sultan Jamaluddin dan Sultan Bacan telah melakukan pembicaraan empat mata memberi hadiah dan mengirim orang-orangnya membantu Thomas Forest, utusan Perusahaan Dagang Hindia Timur Inggris,¹ dalam ekspedisinya ke Raja Ampat dan Dorei (Manokwari) di pesisir utara Papua.

Sebenarnya dengan ditawannya Sultan Jamaluddin, masih terdapat tiga orang Kaicil (Pangeran/Putra Mahkota) yang berpotensi menduduki jabatan sultan yakni Nuku, Malikuddin dan Kamaluddin. Tetapi gubernur Thomazen malah mengangkat saudara tiri Sultan Jamaluddin, yakni Kaicil Gaigira, yang sudah sepuh dan sakit-sakitan. Buktinya tidak sampai setahun memerintah, Sultan Gaigira wafat. Alexander Cornabé yang saat itu hanya sebagai penjabat gubernur sebenarnya berkesempatan memilih tiga putra mahkota Nuku, Malikuddin dan Jamaluddin, namun ia lebih memilih mengangkat putra almarhum Sultan Gaigiri, yakni Patra Alam yang dia anggap dapat bekerjasama.

No More Posts Available.

No more pages to load.