Peristiwa Kudatuli, PDI Megawati, dan Gerakan Moral Pro-Demokrasi

oleh -75 views

Oleh: Anwar Saragih, Peneliti Kandidat Doktor Ilmu Politik

TRAGEDI berdarah yang terjadi pada 27 Juli 1996 atau dikenal dengan peristiwa Dua Puluh Tujuh Juli (Kudatuli) bisa dikatakan sebagai trigger utama terkonsolodasinya gerakan perlawanan terhadap rezim otoritarianisme Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.

Alasannya peristiwa Kudatuli yang juga dikenang dengan peristiwa Sabtu Kelabu tersebut disaksikan banyak mata karena memakan korban luka-luka, orang hilang hingga korban jiwa sebagai dampak dari penyerangan yang sangat brutal ke kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Prakondisinya berkaitan dengan hasil Kongres IV PDI di Medan pada 21 Juli 1993, yang menetapkan Soerjadi menjadi ketua umum dan Nico Daryanto sebagai sekretaris jendral.

Kala itu, rezim pemerintahan Soeharto menyokong Budi Harjono maju menjadi calon ketua umum PDI, tetapi kalah. Setelah kalah, Kubu Budi Harjono langsung menduduki arena kongres yang menyebabkan kericuhan.

Terjadi deadlock dalam proses penetapan dan pembacaan kepengurusan inti PDI masa bakti 1993-1998.

Pada upaya menyelesaikan pertikaian, lima bulan sesudahnya dilaksanakanlah Kongres Luar Biasa (KLB) PDI di Surabaya pada 6 Desember 1993.

No More Posts Available.

No more pages to load.