Hasil kesepakatan dengan Lygend Resources & Technology Co,. menyatakan mereka akan menghimpun konsorsium pemilik kapal tangkap perikanan di Shipu Town yang berukuran 100-300 GT untuk beroperasi di Indonesia yang dikerjasamakan dengan Perikanan Indonesia.
Lygend Resources juga akan menghimpun konsorsium 67 pabrik pengolahan ikan di Shipu Town. Pabrik-pabrik ini memiliki kebutuhan bahan baku 700.000 ton per tahun. Bahkan, beberapa perusahaan yang dikunjungi dalam lawatan Perikanan Indonesia ke China bersedia membangun pabrik pengolahan ikan di Pulau Obi, Maluku Utara.
Begitu pula dengan Matrix Resources Co. Ltd, yang merupakan anak perusahaan dari Lygend Resources, bersedia menjadi importir ikan dari hasil produksi Perikanan Indonesia. Mereka membutuhkan setidaknya 3.000 ton ikan Cakalang dan Baby Tuna dengan kapitalisasi Rp 80 miliar per bulan.
Sementara itu, MoU terkait program Penangkapan Ikan Terukur dilakukan Perikanan Indonesia dengan perusahaan Zhejiang Ocean Fisheries Co., Ltd. Dari hasil pembahasan kerja sama, Zhejiang Ocean Fisheris akan melakukan kunjungan balasan ke Indonesia pada awal September untuk tindak lanjut rencana kerja sama.
Saat ini, Zhejiang Ocean Fisheris memiliki 25 unit kapal baja berukuran 150 GT yang siap dikerjasamakan dengan Perikanan Indonesia. Zhejiang juga telah memiliki pangkalan pendaratan ikan di Manokwari, Papua Barat dengan fasilitas seluas 3,5 hektare.