Tapi ini pesan yang salah — karena orang yang disasar tidak tepat — sehingga orang semakin mempertanyakan motif di balik peristiwa ini. Lepas dari benar tidaknya Lembong melakukan tipikor, orang-orang yang mengenalnya secara pribadi tak percaya ia melakukan hal keji itu. Peristiwa itu sudah lama terjadi. Sesudah Lembaong, ada tiga lagi Menteri Perdagangan lain yang melakukan impor gula kristal mentah yang jauh lebih besar ketimbang yang dilakukan Lembong. Dus, publik menafsir kasus Lembong ini sarat dengan muatan politis. Ini sama sekali tidak menguntungkan rezim Presiden Prabowo yang membutuhkan legitimasi dan trust rakyat di awal pemerintahannya.
Peristiwa ini mengingatkan kita pada kasus mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang dipaksakan Mulyono untuk dijadikan tersangka korupsi Formula-E. Tujuannya melakukan character assissanation terhadap calon presiden untuk pilpres 2024. Dalam pilpres barusan, Lembong merupakan salah satu tokoh sentral dalam tim kampanye Anies. Agar kasus Lembong bisa diterima publik, MA harus menangani kasus ini secara fair, transparan, dan adil. Akan lebih meyakinkan bila MA juga memeriksa para pejabat di pemerintahan saat ini, yang diduga kuat terlibat rasuah. Prabowo akan terlihat lebih jujur dan elegan bila ia membiarkan KPK menangani KKN yang ditengarai dilakukan putera-putera Mulyono.