Oleh: Ahmadie Thaha, Kolumnis
Bayangkan, sebuah negara besar dengan 270 juta penduduk, ribuan pulau, ratusan suku, beragam bahasa, dan… satu ijazah yang mencurigakan. Begitulah Indonesia hari ini: hampir kehabisan energi nasionalnya demi membuktikan keaslian selembar kertas ukuran A4, yang konon milik mantan Presiden dua periode, Joko Widodo.
Ijazah ini, yang mestinya sederhana —dokumen sakral untuk tiap warga negara dalam membuktikan dirinya “pernah sekolah”— telah berubah menjadi jimat politik, artefak investigasi, bahkan bahan bakar nasionalisme baru: berbagai demo, tuntutan di sidang pengadilan, dan investigasi forensik digital.
Terakhir, Sentana Podcast memantik bara api itu kembali. Dengan membawa hasil analisis forensik wajah, mereka mengklaim ada ketidaksesuaian antara wajah di ijazah dengan wajah Pak Jokowi. Lantas, wajah yang dipasang, namanya siapa? Bukan Joko Widodo, melainkan Dumatno Budi Utomo, yang orangnya masih hidup.
Ini sebuah nama yang terdengar begitu Jawa, begitu biasa, namun dalam konteks ini: begitu luar biasa. Roy Suryo —mantan Menteri dan self-proclaimed pakar telematika— lantang bersuara dengan klaim membawa bukti baru kepalsuan ijazah Jojowi. Kalau sudah Roy turun gunung, biasanya sinyalnya kuat: minimal sinyal makin gaduh nasional.