Itulah pertemuan terakhirku dengan Anna, sejak saat itu aku tidak pernah lagi bertemu dengannya lagi. Seakan dia menghilang dan tak pernah kembali lagi.
Beberapa bulan setelah kepergian Anna
Aku menyandarkan tubuhku di kursi teras rumah dengan ditemani secangkir kopi. Kopi yang masih hangat itu mulai aku seruput dengan rasa pahit untuk sedikit menghilangkan rasa pusing yang ada di kepala. Pikiranku terus terbayang-bayang dari sosok Anna yang kini tidak pernah memberiku kabar dan membalas pesan yang aku kirimkan kepadanya. Hal itu yang membuatku bertanya-tanya, ada apa? kenapa? yang terjadi padanya disana pikirku terus mengenai pertanyaan itu tanpa ada jawaban yang jelas. Padahal Anna berkata bahwa dirinya hanya berpindah rumah bukan menghilang dariku tanpa kabar seperti ini.
“Paket.” panggil tukang paket dari balik pagar rumah.
Aku yang mendengar suara tukang paket segera berdiri dari tempat duduk untuk menghampiri tukang paket tersebut.
“Atas nama mas Alfian?” tanya tukang paket untuk memastikan mengirimkan ke orang yang tepat.
“Iya mas benar nama saya Alfian.” balasku.
Tukang paket menyerahkan sebuah paket berbentuk kotak yang dibungkus kertas hitam. Lalu mengabadikan diriku saat memegang paket dalam bentuk foto sebagai tanda bukti kalau sudah sampai ke penerimanya.