Oleh: Made Supriatma, Peneliti dan jurnalis lepas. Saat ini bekerja sebagai visiting research dellow pada ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura
Seingat saya, sudah berapa bulan berlalu tanpa survey. Menjelang 100 hari pemerintahan Prabowo-Gibran, beberapa survey menunjukkan tingginya tingkat kepercayaan kepada pemerintahan ini. Namun sejak saat itu, tidak pernah lagi ada survey. Lembaga-lembaga survey yang kredibel tidak lagi melakukan survey, khususnya tentang kepuasan publik terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran.
Kantor berita Bloomberg mencatat bahwa harian Kompas, yang lembaga surveynya termasuk kredibel, tidak melakukan survey kepuasan. Namun, media ini melakukan survey pada 11-14 Agustus. Hasilnya diumumkan pada 8 September. Sekalipun tidak menanyakan tingkat kepuasan, survey Kompas menanyakan apakah perlu ada kekuatan oposisi yang bisa mengimbangi pemerintahan Prabowo-Gibran? 58,8% responden menyatakan, ya.
Angka ini lumayan besar. Ini mungkin bisa menjadi pertanda bahwa kepercayaan publik terhadap pemerintah memang rendah.
Penanda lain dari ketidakpuasan publik ini adalah aksi-aksi unjuk rasa. Kementerian Dalam Negeri mengeluarkan data bahwa telah terjadi 228 aksi unjuk rasa di 35 provinsi antara tanggal 25 Agustus – 7 September. Dari aksi unjuk rasa itu, kekerasan dan kerusuhan terjadi di 23 provinsi.









