Tiga Puisi Wirol Haurissa

oleh -76 views

PINTU JENDELA

Saya sedang mencari sesuatu di dekat akar pohon besar dekat pantai, kira kira empat meter menyentuh air laut. Kata beberapa orang, pohon besar itu telah menjadi tempat berteduh sejenak. Ada musik didengar lambat dan kencang yang keluar dari ombak biru begitu terang.

Saya pikir, orang tua berbicara bersama tete ruga. Mereka bernyanyi dari tahun-tahun yang masih berangin. Hujan tidak lagi turun, sebuah tanda bunga cengkih akan membentuk tubuhnya. Bunga pertama, bau pala, kopra, asapnya ke rumah-rumah.

Saya tahu pada saat yang bersamaan. Ada seorang ibu dengan rela memberi miliknya, entah itu rahimnya atau payudaranya. Semua anak menyusui dari sana seperti sebuah pengetahuan dan generasi. Tibalah di altar bersama bangau yang sayapnya menyala.

Baca Juga  Kesaksian Perdana Eks Gubernur Malut Abdul Gani Kasuba di Sidang OTT KPK

Di antara daun-daun, sinar pagi turun melewati celah rantingnya membentuk bayangan. Sementara pada malam, saya selalu melihat bintang-bintang keluar dan berbaris di atas rindangnya.

Ada juga bulan berwarna putih, sebuah pemandangan dan ingatan. Pohon besar bersama lautan bercahaya. Saya memuji keindahan di antara ribuan pasir di atas pulau yang membuat rindu menjadi tinggi seperti mimpi.

Sekarang, saya sedang berada di samping pohon di potret itu. Melihat pintu-pintu terbuka dengan jendela-jendela yang besar. Semua yang pernah tinggal terangkat ke matahari menjadi teman sampai awal senja lalu hari seperti biasanya. manis

No More Posts Available.

No more pages to load.