Tapi, mereka urus partai. Mereka urus anak-anak mereka. Di sinilah masalah integritas bangsa seringkali muncul. Nafsu kedinastian seringkali merusak pakem demokrasi. Sekali ada celah, aturan hukum kena imbas dan seringkali dikorbankan demi anak-anak. Ini yang membuat bangsa ini susah bergerak menuju kematangan.
Presiden ke-5, ke-6 dan ke-7 mesti hadir sebagai penasehat buat presiden yang sedang menjabat. Nasehat beda dengan intervensi. Nasehat sekedar memberikan pandangan. Kalau intervensi itu terlibat dalam eksekusi. Yang terakhir ini semestinya tidak boleh terjadi.
Politik is politik. Ada pakemnya sendiri. Politik menganut prinsip: “siapa yang kuat, ialah yang mengendalikan”. Jika Prabowo masih bergantung kepada Jokowi, dan Jokowi masih melakukan intervensi, maka ini pertanda Jokowi masih punya kekuatan.
Kapan Jokowi akan hilang kekuatan pengaruhnya? Ketika Jokowi tidak terlibat lagi dalam kebijakan pemerintahan Prabowo.
Prabowo perlu mandiri. Ia seorang presiden dengan semua tanggung jawabnya untuk membawa Indonesia lebih baik ke depan. Bukan Indonesia yang berwajah Jokowi. Tapi Indonesia yang berwajah Prabowo.
Prabowo mesti berkarakter. Menjadi diri sendiri di dalam memimpin negeri ini. No Intervensi !