Di Indonesia, sejarah otoritarianisme telah melibatkan penggunaan koalisi politik sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan.
Pada masa Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, terbentuknya koalisi politik merupakan contoh nyata bagaimana koalisi partai politik dipakai untuk menopang rezim otoriter.
Sementara itu di tingkat global, beberapa diktator atau rezim otoriter juga memanfaatkan koalisi politik untuk memperkuat kekuasaan mereka.
Contohnya adalah rezim di negara-negara seperti Rusia, di mana partai-partai politik yang setia kepada Presiden Vladimir Putin membentuk koalisi untuk mempertahankan kontrol pemerintahan.
Namun demikian, penting untuk diingat bahwa koalisi partai politik juga dapat menjadi alat untuk menentang diktatorisme dan otoritarianisme.
Dalam beberapa kasus, koalisi politik yang terbentuk di antara partai-partai oposisi, atau yang mengusung agenda demokratis, mampu menggulingkan rezim otoriter dan memulai transisi menuju demokrasi. Contohnya adalah Revolusi Oranye di Ukraina pada 2004.
Dengan demikian, koalisi partai politik dapat menjadi instrumen kekuasaan bagi diktator di Indonesia dan di dunia, mereka juga memiliki potensi sebagai alat untuk mengakhiri otoritarianisme dan memperjuangkan demokrasi.