Oleh: Dino Umahuk, Sastrawan dan Jurnalis
Kunjungan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ke Maluku dan Maluku Utara dalam beberapa hari ini ibarat tong kosong yang digelinding dari ujung pulau ke ujung pulau—dari Kepulauan Kei hingga Morotai.
Sepintas, perjalanan ini terlihat megah: deretan protokol, sambutan resmi, dan liputan media yang riuh. Namun, di balik seremonial itu, substansi yang menyentuh kehidupan masyarakat di kepulauan paling timur Indonesia itu nyaris tak terdengar.
Sambutan Tanpa Aksi Nyata
Setiap titik yang disinggahi, setiap desa yang dikunjungi, tampak ramai oleh kerumunan dan foto bersama. Tapi apa yang benar-benar berubah setelah kunjungan itu? Infrastruktur yang terbengkalai, akses pendidikan yang minim, dan masalah ekonomi masyarakat pesisir tetap sama.
Tong kosong, karena gema kunjungan itu hanya terdengar sesaat, sementara masalah lama tetap membayangi.
Dari Kei Hingga Morotai
Melintasi pulau-pulau yang berjauhan, seharusnya ada kesempatan bagi pemerintah pusat untuk mendengar langsung aspirasi warga, memahami tantangan geografis, dan merumuskan solusi jangka panjang.
Alih-alih itu, kunjungan yang tampak padat jadwalnya justru meninggalkan kesan formalitas belaka. Kepulauan Kei yang jauh dari daratan utama, Morotai yang pernah menjadi saksi sejarah, seakan menjadi panggung bagi protokol, bukan ruang untuk perubahan nyata.









