@Porostimur.com | Ambon : Dusun Tihulessy, Wayasel, Kasawari, Lauma, Waeputi dan Waelapia, merupakan 6 dusun yang berada pada wilayah Tanjung Sial, tepatnya perbatasan Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) dan Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).
Karena konflik kepentingan di wilayah Tanjung Sial inilah, masyarakat dalam wilayah ini pun kerap menjadi korban.
Bukan saja dari sisi administrasi dan politik, namun yang paling penting adalah hak mereka sebagai warga negara terkesan terabaikan.
Salah satunya, keterlibatan dalam Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2019 nanti.
Namun, dengan adanya mediasi dari aparat kepolisian, khususnya Kepolisian Sektor (Polsek) Leihitu Barat, kekondusifan di wilayah ini pun semakin terwujud dan terbina.
Atas kekondusifan ini, Kepala Dusun (Kadus) Wayasel Maluku Tengah, Ruslan Lajuta, angkat bicara.
Dalam keterangannya kepada wartawan, Rabu (7/11), Lajuta mengapresiasi adanya upaya mewujudkan perdamaian di semenanjung Tanjung Sial oleh semua pihak, khususnya upaya perdamaian yang dimediasi Polsek Leihitu Barat.
”Mulai dari Hari Raya Idul Adha kemarin, masyarakat mulai hidup berdampingan, kita mencoba bagaimana untuk meneguhkan lobi-lobi lewat kita punya tokoh-tokoh tertentu di sini juga. Setelah hasilnya itu, ada keberatan untuk bagamaina kita berdamai. Saya memberikan apresiasi kepada orang-orang tersebut dan saya minta untuk pertemuan di masjid. Lalu lewat pertemuan itu kami sepakat untuk berdamai. Dan mediator kita saat itu Kapolsek Leihitu Barat, John Anakotta. Dan berhasillah kita sudah berdamai saat itu. Jadi secara adat dan pelayanan masyarakat punya proporsi tertentu,” ujarnya.
Dihimbaunya pemerintah daerah hingga pemerintah pusat, untuk segera menuntaskan masalah tapal batas antara Kabupaten Malteng dan SBB, sehingga masyarakat tidak dikorbankan.
”Kami berharap kepada pemerintah pusat maupun daerah dalam hal ini untuk segera bagaimana menyelesaikan persoalan yang terjadi di seluruh reception ops. Karena ini mengatakan bahwa betapa pentingnya suatu perdamaian, betapa pentingnya silahturahmi yang sejauh ini sudah diobrak-abrik dengan kepentingan yang tidak jelas. Masyarakat dikorbankan, masyarakat merasa bahwa yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah berimbas kepada masyarakat, tapi tentunya masyarakat dalam hal ini tidak menyadari bahwa masyarakat yang di bawah ini selama ini dikorbankan. Jadi harapannya kami yang mewakilli kedua kubu atas nama kedua dusun Maluku Tengah-SBB, berharap agar selesai dari masalah ini, sudah proses ini, sudah ada dokumen yang jelas,” harapnya.
Diakuinya, masyarakat yang dibawahinya kini sudah mulai mengerti tentang kepentingan yang terjadi di wilayah itu.
”Kami pihak pemerintah Suku Wayaser, menilai itu sendiri. Harus mampu bagaimana menilai bahwa money politik, mana konteks hidup orang basudara, sehingga bagaimana masyarakat sudah mampu menilai ini. Artinya kita pastikan bahwa jalannya Pemilu untuk 2019, itu dia bisa damai. Karena pada akhirnya juga kita sudah terbawa dengan situasi damai, dalam hajatan berbentuk juga, yang berbentuk hajatan apa saja. Kita jalan sama-sama, sudah tidak ada lagi masalah, kemudian kita dalam melakukan sholat juga bersama-sama, bertukar aktifitas juga bersama-sama keseharian itu, dari masyarakat sudah nyaman. Tidak ada lagi ada bentrok sana-sini, saling olok-olok satu sama lain dan tidak lagi bahasa-bahasa yang muncul satu sama lain,” tegasnya.
Kesempatan yang sama, Kadus Waewasel SBB, Rasman Siolimbona, meminta dan mengajak seluruh masyarakat yang ada di wilayah Tanjung Sial untuk selalu menjaga ketertiban dan keamanan yang ada.
”Harapan saya itu pada intinya kami juga akan menjaga, keamanan dan ketertiban yang ada yang sudah terjalin. Beberapa bulan ini, saya juga berharap kepada pihak terkait, dengan wilayah supaya segera mengambil sebuah keputusan. Supaya masyarakat ini, jangan digiring dalam suatu politik yang tidak pasti. Yang kita butuh kepastian, supaya masyarakat ini digiring ke hal-hal yang kita lakukan bersama. Sebab selama ini kita sudah merasakan pahitnya dari semua itu. Alhamdulilah, dengan proses kemarin itu, harapan kami supaya momen tersebut berjalan selamanya. Jangan lagi ada hal-hal yang sudah pernah terjadi sebelumnya. Untuk persoalan momen 2019, insya allah kami bisa menjaga sinergi dan memang silahturahmi antara kami ini, sudah cukup membaik. Karena kita tahu persis semua itu, memang orang-orang yang punya kepentingan di daerah ini,” terangnya.
Belajar dari pengalaman konflik kemarin, tambahnya, pihaknya menyatakan tidak akan segan mengatasi siapapun, baik dari luar maupun dari dalam pihaknya sendiri, yang sengaja memberitakan hal-hal negatif di wilayah Tanjung Sial.
”Kedua saya mau menghimbau kepada caleg-caleg DPR dan kabupaten kalau masuk di Nusa Ina ini, jangan lagi menyampaikan hal-hal yang negatif. Katong mengambil hal-hal yang postitif supaya katong dan masyarakat tidak terbawa dengan hal-hal yang disampaikan. Kami berharap kondisi yang sudah dijaga dengan rapih, begitu bagus jangan lagi dirusak. Kalau itu memang terjadi, berarti sudah menjadi hak kami untuk menindaklanjuti yang bersangkutan. Baik itu dari luar maupun dari suku Wayaser sendiri, karena kami tidak mau lagi dijadikan tameng seperti yang kemarin-kemarin,” pungkasnya. (keket)