Oleh: Andang Subaharianto, Antropolog, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember
“KEMANUSIAAN – tugas etis yang diembannya – ditantang gejala zaman. Zaman yang memilih arahnya sendiri bagai angin puyuh menerpa wajah kemanusiaannya. Berat. Berat bagi Idenburg…,” tulis Pramoedya Ananta Toer mengawali novelnya yang berjudul Rumah Kaca.
Siapa Idenburg? Nama lengkapnya Alexander Willem Frederik Idenburg, seorang gubernur jenderal Hindia-Belanda (1909-1916). Ia menggantikan Johannes Benedictus Van Heutsz (1904-1909).
Idenburg gubernur jenderal Hindia-Belanda pertama yang menuai buah kebijakan etis pemerintah Belanda untuk rakyat jajahannya. Idenburg lah gubernur jenderal pertama yang merasakan gelombang perlawanan bumiputra dengan cara baru.
Cara baru itu sesungguhnya anak sah (meski tak dikehendaki) dari kebijakan etis yang dimulai pada awal abad ke-20. Maka, seperti kata Pram, “Berat. Berat bagi Idenburg….”
Berbeda dengan Van Heutsz, pendahulu Idenburg, yang sukses menggenapkan wilayah jajahan Hindia-Belanda dari Sabang sampai Merauke. Tentu dengan cara militer.
Van Heutsz pahlawan Perang Aceh di mata Belanda. Karena prestasi itu, nama Van Heutsz sangat dikenang, lalu diabadikan sebagai nama kapal pada 1926, Kapal Van Heutsz.