Porostimur.com, Ambon – Wakil Kepala Sekolah (Wakasekk Kurikulum SMK Negeri 3 Ambon Jemy Alfons, S.Pd, mengatakan dengan pemberlakuan Kurikulum Merdeka, maka guru harus mengolah dulu kemampuan dasar siswa, minatnya serta cara belajar yang diinginkan para siswa.
“Itu yang beda dari Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka dan siswa tidak bisa dipaksa,” ujarnya saat diwawancarai jurnalis porostimur.com, di ruang kerjanya, Jumat (3/2/2023)
Jemy mengungkapkan bahwa SMK Negeri 3 Ambon baru tahun pertama menjalankan kurikulum merdeka
“Kebetulan SMK 3 baru terpilih menjadi sekolah SMKPK langsung dengan kurikulum merdekanya, wajib untuk kelas X. Namun untuk kelas XI dan XII masih menggunakan Kurikulum 2013”, tukasnya.
Menurut Jemy, SMK 3 saat ini menggunakan 2 kurikulum dengan berbagai paradigma yang berbeda, yakni Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka.
“Sebenarnya saya Wakasek Kurikulum tahu persis kelebihan dan kekurangannya seperti apa, tetapi sesungguhnya esensinya itu tidak berbeda jauh, hanya berubah pada metode pembelajaran”, ujarnya.
Jemy menjelaskan pada Kurikulum 2013 pembelajaran itu berbasis guru, sedangkan Kurikulum Merdeka sudah berubah dengan cosingnya berbasis siswa.
“Jadi guru harus bisa tanya dulu kepada siswa, kelemahannya di mana, belajar mau seperti apa, kemudian kalau sudah sampai pada substansi materi, kita masuk ke tahap kedua itu tidak langsung diberikan materi seperti Kurikulum 2013 yang langsung guru menyampaikan materi pertemuan berikut, memberikan soal untuk mengukur tes kompetensi awal siswa itu tidak lagi di Kurikulum 2013, tapi langsung dengan cosing”, papar Jemy.
“Tetapi pada Kurikulum 2013 tidak seperti itu, siswa tetap harus fokus, tidak bisa keluar tanpa izin saat belajar karena semua itu ada kriterianya, kalau sekarang tidak seperti begitu”, sambungnya.
Alfons juga mengatakan bahwa untuk tahun ini baru semester ganjil, jadi belum ada penilaian akhir dari Kurikulum Merdeka. (Elsye Sabono)
Simak berita dan artikel porostimur.com lainnya di Google News
