Cerpen Karya: Ferdian Dimas
Masih kusimpan rapi, kisah yang indah dalam sebuah catatan. Sudah lama aku tak membuka setiap jilidnya. Catatan itu Seakan melukis semua kenangan. Ya walaupun. Aku tak begitu banyak mengingat setiap kejadian. Setidaknya sudah tersusun dalam deretan kata. Kau tau, semua ini kutulis untuk mengingatmu sewaktu-waktu.
Desember 2017
Kala itu, hujan turun begitu pelan. Aku menikmati setiap rintiknya dengan secangkir kopi pahit. Menenggelamkanku dalam kesedihan. Desember penuh dengan cerita, dimana tuhan mempertemukan kita di antara banyak pilihan, walaupun kau memilih untuk mengakhirinya. Tetapi hujan masih saja betah. Seperti halnya rindu yang selalu kutitipkan di setiap percikannya.
Frea ini tentangmu, pagi ini milikmu. Hujan terus membasahi bumi. Seiring dengan irama lagu favoritmu. Kau perlahan masuk dalam ingatanku. Terserah kau saja. Aku ingin segera mengakhiri. Tapi egois sekali sepertinya. “Biarkan saja ini berlalu dengan semestinya” itu kan katamu. Tetapi, tak semudah yang dibayangkan ternyata. Bagaimana bisa aku melupakan kejadian yang membuat aku kehilangan arah. Tersesat, rindu, menangis dan selalu saja begitu, lagi dan lagi.
Apakah kamu tidak mengerti, sedikit saja. Perasaan yang aku ciptakan hanya untukmu, semua itu tentangmu. Sedikit saja kamu mengerti, bolehkan?
Apa aku salah?
Jika aku selalu memintamu untuk kembali, dan duduk berhadapan denganku, hanya sekedar memutar lagu favoritmu, ketika sore kembali datang. Membuatkan secangkir kopi untukku. Bercerita tentang bagaimana kerasnya dunia, bagaimana bertahan hidup dan bagaimana kita bisa jatuh cinta? Ya. Itu lucu bukan. Cuma sebatas itu yang aku mau dan mengapa kamu tidak berbicara sepatah kata sekarang.
Atau kamu sudah begitu bahagia, sampai kamu benar benar lupa, ada aku yang selalu menantimu kembali. Atau kamu sengaja membuat aku menangis. Biar tahu apa itu luka, apa itu air mata. Kamu terlalu banyak bercanda Frea. Apa tidak ada cara lain membuat aku menangis.
Hey Frea. Apa kabar kamu hari ini, Tadi aku melihatmu tersenyum. Kau tau? Aku begitu bahagia. Kutulis catatan pertamaku. Menghiasi kertas putih dengan namamu. Apa ini jatuh cinta? Ahh pembodohan sekali kataku. Hingga akhirnya kubawakan kamu sepucuk bunga. Dan membiarkan rasa ini untuk mengungkapkan. Walaupun tanpa ada satu kata yang tercipta. Bahagia itu melebihi semesta dan seisinya.
Bolehkan aku ungkapkan sedikit kata yang belum pernah aku sampaikan kepada siapapun di dunia ini. Sedikit saja “I love you” kata ini aku titipkan pada angin yang membawa hujan di pagi bulan Desember. Di Setiap rintiknya aku titipkan rindu untukmu semoga kau mengingatku.
Sudahlah. Mungkin kamu lupa, padahal itu belum lama, sebelum tuhan benar benar memanggilmu. Terimakasih frea atas lukanya. Terimakasih senyuman itu, Terimakasih segalanya. Aku sangat merindukanmu.
Pesan ini kusampaikan pada angin yang lembut selembut sikapmu, pesan yang belum sempat aku sampaikan ketika kau masih ada di dunia. Ketika kau menangis dalam pelukanku, ketika aku masih bisa melihat senyummu, Semoga kamu tenang di sana yaa frea, Ini aku orang yang menyukaimu sewaktu dulu. (*)