Oleh: Opa Achiem, Wartawan Senior
Dalam perjalanan bangsa menuju kematangan demokrasi, kejujuran seorang pemimpin adalah fondasi yang tak bisa ditawar.
Belakangan ini, sorotan publik kembali mengarah kepada keabsahan ijazah mantan Presiden Joko Widodo, sesuatu yang selama bertahun-tahun dipertanyakan, namun kini menemukan gaung baru berkat kerja keras para pakar telematika dan ketekunan netizen yang menggali bukti-bukti kejanggalannya.
Pakar-pakar independen, khususnya di bidang telematika dan digital forensik mengungkapkan bahwa terdapat banyak ketidakcocokan dalam dokumen akademik yang diklaim milik Joko Widodo, baik pada tingkat SMA maupun sarjana.
Analisis mendalam terhadap tipografi, tanda tangan, stempel, hingga struktur administrasi pada masa Itu, hingga daftar Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru) menunjukkan indikasi kuat adanya ketidakautentikan.
Ini bukan sekadar kesalahan teknis biasa, ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang integritas pribadi yang selama ini menjadi tameng moral sebagai seorang kepala negara di republik dengan jumlah penduduk 270 juta lebih.
Netizens atau Warga Net, sebagai kekuatan sipil baru dalam ekosistem demokrasi digital, juga tidak tinggal diam.