Porostimur.com, Jakarta – Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) tertipu smelter nikel China karena pemurniannya menghasilkan barang setengah jadi dan belum siap pakai.
“Ternyata mayoritas produk puluhan smelter China di Indonesia hanyalah hasil pemurnian yang menghasilkan barang setengah jadi. Proses hilirisasi belum sampai ke proses forming dan fabrikasi guna menghasilkan produk siap pakai,” kata Direktur Eksekutif Indonesian Resources Study (IRESS), Marwan Batubara mengutip SuaraNasional, Senin (20/12/2021).
“Hal ini terjadi karena di satu sisi komitmen pemerintah rendah, dan disi lain karena dominannya peran China dan investor China yang menentukan “level” hilirisasi yang dapat diraih Indonesia,” ungkapnya.
Kata Marwan, China mendikte Indonesia sesuai target produk akhir yang diinginkan, teknologi dan pasar yang dikuasai, serta dana yang dimiliki.
Jika oknum-oknum pejabat dan konglomerat Indonesia mengikuti saja kemauan China ini, atau malah ikut berkolaborasi dan memanipulasi peraturan, maka target ideal nilai tambah hilirisasi nikel hingga 19 kali lipat hanya utopia.
“Karena itu, nilai tambah/pengganda yang diperoleh Indonesia hanyalah sekitar 3-4 kali saja, bukan 10 kali lipat seperti diumbar oleh Presiden Jokowi. Nilai ini telah dikonfirmasi oleh LPEM-UI (2019),” jelasnya.