Cala Ibi, Cerita Sang Naga

oleh -98 views
Link Banner

Oleh: Mansyur Armain, Pegiat Literasi dan Jurnalis

CALA IBI, itu sebutan dari orang-orang terdahulu, bahwa dia mahkluk buas. Ia dikatakan sebagai pembawa pesan-pesan untuk menakuti siapapun yang ingin bertemu. Warna-warna berkilau, sisik seperti emas, dan memiliki sayap. Bukan hanya itu, Cala Ibi selalu bercakap-cakap dengan orang. Berbahasa. Tetapi bahasa yang dipakai oleh naga, seperti manusia.

Sebuah imaji dari seorang Nukila Amal, tentang Novel Cala ibi, dilahirkan agar tidak sekedar kisah dari seorang naga. Kehidupan sang naga, telah lama dipercaya sebagai pemberi dari langit. Turun ke bumi mencari siapa sosok dirinya. Itupun, berhubungan dengan kerajaan yang dianggap titipan untuk mengabdi kepada seorang bapak atau ibu. Nukila, menggambarkan bagaiamana wujud sang naga, ke dalam hal berbicara.

Kepala naga. Kau tersentak, tanganmu refleks mencengkeraman keras. Kepala itu terangguk-angguk, mengeluarkan bunyi batuk-batuk seperti tersedak. Rasa takut, mucul sekejab entah dari relung mana, tiba-tiba melebar meluas merasuki seluruh dirimu dalam beberapa detik saja sering suara batuk mahluk itu.

Kau seperti kaku,, dan gerak terakhirmu adalah melempar isi genggamanmu. Lemparan yang lemah, karena mainan naga itu mendarat di bantal sebelahmu, tak jauh. Kau terbujur kaku menatapnya, benda mati yang menghidup mainanan yang mesti diseriusi. Mosnster, benakmu berseru-seru takut ini mimpi buruk.

Naga terlempar mendarat pada punggunggunya, sejenak empat kakinya bergerak mencekari udara. Moster mimpi buruk ini, akan menelanmu hidup-hidup, benakmu sekelu matamu yang menatapnya. Ia perpaling. Sepasang mata manik-manik hitam menatapmu.

Tak usah takut, nyalakan saja lampu, ia bicara, segala sesuatu tampak lebih jelas dalam cahaya.

Dengan ringan ia bersuara, bicara bahasa manusia. Kau bangkit, seketika, melompat jau dari tempat tidur. Kakimu mendarat di atas serpihan kaca, terasa tusukan tajam di kaki, tapi rasa takutmu telah menghalau rasa sakit. Tanganmu gemetar mencari tombol lampu di dinding, bertemu jarimu yang menyentaknya keras. Ruangan seketika terang lampu neon putih, kau berdiri mematung di sudut kamar pucat pasi,” (28-29).

Cala Ibi. Kau mengenali suaranya yang baritone hampir tenor, dan jadi lebih berani. Kau mengintip dari balik deretan bonasai, mendengar Cala berkata-kata pada pria tak dikenal. Manusia satu itu, keras kepala betul dia, sudah mau mati, tapi menolak bersaksi, terdengar naga berucap. Mungkin Cala hinggap di unjung pagar kiri, dugamu, sebab pria itu berdiri lama di sana. Kau melangkah menuju ujung pagar besi.

Dari dekat ternyata ia pria tinggi besar, mungkin berotot besar-besar di balik kameja abu-abu yang potongannya rapi sekali. Selamat malam, sapamu dengan sopan, meski dalam hati curiga mereka tadi sedang bergosip tentangmu. Tampak siluet naga terbang dari atas pagar, berseru, nah, ini dia! Mai, manusia, kapan akan mengamati tanpa latar belakang, dan bertindak bukan manusia sebuah ingatan.

Mungkin itu semacam terguran, namun tak kau pedulikan. Kau menatap wajah pria yang sempat kau kira maling. Tampak akrab, seperti telah kau, kenal dahi tinggi hidung runcing seragam abu-abu itu, tapi kau tak ingat ketemu di mana atau kapan. Ia membuang rokoknya, menginjak puntung di tanah dan mengulurkan tangan. Genggamannya erat terlampau keras, kau menatap jari-jarinya yang sebesar cerutu,”(97-98).

Kiranya dialog antara sang naga dengan manusia itu, tentu bukan seorang maling. Dan naga bukanlah sosok monster yang datang menerkam pria tersebut. Namun ia, adalah seorang yang bernama ujung yang mendengar curhatan rahasia. Dan kebetulan, percakapan itu merupakan yang dia temukan dalam mimpi. Entahlah.

Judul Buku : Cala Ibi
Penulis : Nukila Amal
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama Maret 2004
Tebal : 273
ISBN : 979220797 X

Simak berita dan artikel porostimur.com lainnya di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.