Ketika Waktu Berhenti di Pesisir Bajo Kukupang

oleh -89 views

Oleh: Amirudin Irsad, Jurnalis porostimur.com

Di ujung hari, ketika matahari perlahan menundukkan wajahnya, langit Kukupang berubah menjadi lukisan jingga yang hangat, dan laut berkilau seperti cermin emas yang menelan cahaya senja. Angin laut berhembus lembut, membawa aroma asin yang familiar, seakan menyampaikan pesan damai dari alam untuk siapa pun yang bersedia mendengarkan. Di Bajo Kukupang, setiap senja bukan sekadar peralihan waktu; ia adalah bahasa yang tak diucap, namun meresap ke dalam hati yang diam.

Perahu-perahu nelayan bergoyang perlahan di atas gelombang yang tenang, seolah menari mengikuti irama alam. Di pasir yang lembut, anak-anak berlarian, meninggalkan jejak-jejak mungil yang segera dihapus ombak, mengajarkan kita tentang sementara dan abadi dalam satu gerak. Para ibu menatap laut dengan senyum hangat, menunggu kepulangan suami mereka, menunggu hadiah dari laut yang setia memberi. Ada kesabaran yang tak tergantikan dalam pandangan itu—kesabaran yang lahir dari cinta dan pengharapan.

Baca Juga  Kodam XV/Pattimura Gelar Latihan Terintegrasi Gerilya di Dobo

Senja di Bajo Kukupang adalah puisi hidup. Setiap warna yang menari di langit adalah bait-bait yang tak tertulis, setiap desir ombak adalah irama yang menenangkan jiwa yang lelah. Di dalam diamnya, kita belajar bahwa keindahan tidak selalu gemerlap; terkadang ia hadir dalam kesederhanaan yang tulus, dalam hal-hal yang sering luput dari perhatian sehari-hari.

No More Posts Available.

No more pages to load.