Oleh: Dr. Rino A. Sa’danoer, Kolumnis
Ronde pertama debat calon presiden sudah berlangsung. Tiga calon presiden, Anies, Prabowo dan Ganjar saling menunjukkan kemampuan mereka. Terkesan ada ketimpangan yang mencolok diantara ketiganya.
Ganjar yang menonjolkan kepiawaiannya dalam bertutur kata mengingatkan kita pada kelihaian seorang “salesman” yang sedang menjajakan dagangannya.
Sekilas kita dibuat terlena oleh buaian tutur katanya, sehingga lupa bahwa ocehan Ganjar lemah dengan konsep dan fakta yang bisa menjadi fondasi solid dalam rangakaian perdebatannya.
Lain pula ceritanya dengan Prabowo. Dia berusaha kuat untuk menunjukkan patriotismenya. Seolah-olah memperjuangkan negara adalah misi hidupnya. Sesekali beliau memperlihatkan emosinya ketika pertanyaan muncul yang menyangkut dengan kasus MK, masalah HAM dan penyeberangannya ke kubu Jokowi, setelah bertarung pada Pilpres 2019.
Sikap prabowo dalam debat ini membawa hiburan tersendirj, yang mengingatkan kita pada kelucuan yang dibuat oleh para badut sirkus.
Anies tentu memainkan peran yang lebih serius. Ada kesan dia menghormati panggung debat ini sebagai satu peluang untuk membangun kontrak politik dengan rakyat Indonesia. Artikulasinya jelas, yang dilandasi oleh konsep dan suguhan fakta yang masuk diakal.