Making Indonesia Great Again

oleh -8 views

Oleh: Smith Alhadar, Penasihat Institute for Democracy Education (IDe)

Legacy Mulyono banyak. Lebih banyak daripada tumpukan sampah di Pulogebang. Tapi saya hanya bicara beberapa disesuaikan dengan ruang yang tersedia. Salah satu “landmark” yang diwariskan Mulyono adalah proyek mercusuar IKN yang mangkrak. Proyek bernilai ratusan triliun ini dibiayai APBN atau uang rakyat yang amblas sia-sia.

IKN adalah representasi postur asli Mulyono: pikiran, gagasan, ambisi, karakter, overconfidence, kepongahan. Dengan pikiran sederhana bercampur ilusi, ia memaksakan pemindahan ibukota yang tidak popular, tidak urgen, tidak saintifik, dan mustahil dari sisi pendanaan. Untuk mendapat justifikasi ia memanfaatkan karakter culasnya. Katanya, proyek akan dikerjakan 1.200 perusahaan swasta. Faktanya, nol besar.

Baca Juga  2 Tentara Israel Tewas dalam Perang Gaza, Zionis Akui Total 780 Prajuritnya Terbunuh

IKN adalah obsesi Mulyono untuk menampilkan dirinya lebih besar daripada Soekarno, Soeharto, dan SBY. Bukankah ketiga presiden ini juga berniat memindahkan ibukota, tapi urung dilaksanakan setelah mempertimbangkan taruhan besar keselamatan negara? Bukankah utang besar akan melemahkan negara, membebani rakyat, dan menghambat kemajuan bangsa?

Mulyono hanya tertawa. Mereka gagal karena tak punya kekerasan hati. If you dream no dream small. Betul. Tapi mimpi besar harus berbasis priyoritas dan realitas objektif. Ketika kemiskinan dan dan pengangguran meluas akibat menurunnya kinerja ekonomi negara, maka prioritasnya adalah stimulus ekonomi dengan cara membesarkan ruang fiskal berorientasi kesejahterakan rakyat.

No More Posts Available.

No more pages to load.